Liputan6.com, Jakarta - Dampak negatif akibat kebakaran hutan mendorong NASA mengembangkan sebuah sistem satelit terbaru. Bekerja sama dengan Quadra Pi R2E, Jet Propulsion Laboratory, NASA berencana membuat sistem yang dapat mendeteksi kebakaran hutan dari luar angkasa.
Sistem yang diberi nama FireStat ini nantinya akan terdiri dari 200 sensor inframerah pencitraan termal. Sensor tersebut akan dipasang pada satelit yang didesain untuk mengindentifikasi dan memantau kebakaran hutan di seluruh dunia.
NASA mengungkapkan bahwa FireStat dapat mendeteksi kebakaran dengan lebar mulai 10 sampai 15 meter. Untuk dapat melakukan hal tersebut, FireStat membutuhkan waktu kira-kira 15 menit setelah terjadinya kebakaran.
Tidak hanya itu, sistem satelit ini juga dapat mengirimkan gambar beresolusi rendah dari lokasi kebakaran tiap menitnya untuk menghadirkan gambaran wilayah kebakaran secara real-time.
Selain gambar, FireStat juga akan menginformasikan secara tepat garis lintang dan bujur dari lokasi kebakaran. Lewat cara ini, diharapkan dapat membantu responden untuk membuat keputusan dengan cepat terkait kebakaran yang terjadi.
Baca Juga
"Keterlambatan dalam pendeteksian dapat menyebabkan meluasnya penyebaran api dan menimbulkan masalah yang lebih besar. Karena itu, sistem yang sedang kami kembangkan dapat bekerja siang dan malam untuk mendeteksi kebakaran di seluruh dunia," ujar Robert Staehle, Lead Designer FireSat di Jet Propulsion Laboratory, seperti dikutip dari laman Tech Times, Rabu (25/11/2015).
Untuk mendukung sensor FireStat, NASA disebut sudah menyiapkan pesawat tak berawak untuk memantau kebakaran di beberapa wilayah.
Tak hanya itu, NASA juga akan menggunakan satelit Terra dengan pencitraan resolusi Spectroradiometer dan Sensor Web Project yang biasanya digunakan untuk mempelajari peristiwa alam secara otomatis.
(dam/cas)