Liputan6.com, Jakarta - Sebuah wearable device baru yang dikembangkan sebuah tim insinyur biomedis di Texas A & M University berusaha untuk membantu komunikasi antara tunarungu yang menggunakan bahasa isyarat dan orang-orang yang tidak memahaminya.
Wearable device tersebut berupa perangkat lengan yang berisi jaringan sensor, yang melacak gerakan tangan, serta sinyal electromyography (EMG), yang dihasilkan otot-otot pergelangan tangan ketika mereka diaktifkan secara elektris atau neurologis.
Profesor teknik biomedis di Texas A & M University, Roozbeh Jafari, menjelaskan bahwa para peneliti mampu merekam aktivitas otot yang ditangkap dari pergelangan tangan, dan secara tidak langsung dari jari, untuk memproses dan menerjemahkan sinyal yang berbeda ke dalam teks secara real-time.
Selanjutnya
Teknologi ini membutuhkan algoritma canggih, yang telah dirancang untuk belajar dari si penggunanya sendiri.
"Ketika Anda memakai sistem ini untuk pertama kalinya, sistem tersebut beroperasi dengan beberapa tingkat akurasi. Tapi saat Anda mulai lebih sering menggunakannya, sistem itu belajar dari perilaku Anda dan akan beradaptasi sesuai model pembelajarannya sendiri," ungkap Jafari.
Prototipe terkini dari alat tersebut menggunakan Bluetooth untuk menerjemahkan bahasa isyarat ke komputer atau smartphone. Ke depannya, tim peneliti berharap untuk mengurangi ukurannya.
Mereka juga tengah mencari cara untuk membangun kecakapan alat tersebut dalam menerjemahkan kalimat dan frase, bukan kata-kata saja. Menggabungkan pengeras suara buatan merupakan upaya pengembangan lainnya, yang dapat membantu memberikan suara baru bagi tunarungu. Demikian dikutip dari The Stack, Sabtu (28/11/2015).
(why/cas)
Advertisement