Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini European Space Agency (ESA) telah berhasil meluncurkan sebuah satelit yang digunakan untuk mendeteksi gelombang gravitasi. Dikutip dari laman Space.com, Kamis (10/12/2015), peluncuran misi yang diberi nama LISA Pathfinder ini juga bersamaan dengan perayaan 100 tahun teori relativitas Albert Einstein.
Kendati demikian, misi ini disebut tidak akan benar-benar menggali informasi tentang keberadaan gelombang gravitasi. Sebaliknya, misi ini diharapkan dapat menjadi perintis teknologi yang digunakan ilmuwan untuk menemukan riak-riak di ruang dan waktu.
Untuk itu, dua kubus emas-platinum dalam misi ini akan dilepas secara bebas. Dengan kondisi demikian, kedua kubus tersebut akan terisolasi dari semua gaya yang ada di luar kecuali gaya gravitasi.
Lalu, posisi kedua kubus tersebut akan diawasi dengan laser yang sangat presisi. Tujuannya, untuk mengukur gerakan alami dari jatuhnya kubus tersebut, tanpa pengaruh dari gaya eksternal dan gerakan pesawat.
Baca Juga
Dalam percobaan ini, isolasi kubus merupakan kunci kesuksesan misi. Sebab, para ilmuwan berharap dapat mengukur pergerakan dari kubus yang disebabkan gelombang gravitasi. Misi ini diharapkan dapat mencapai Langrange Point 1 dalam waktu 10 pekan.
Gelombang gravitasi sendiri merupakan akibat dari teori relativitas umum yang digagas Einstein pada 1916. Einstein menuturkan bahwa gelombang gravitasi memenuhi seluruh alam semesta.
Dalam relativitas umum, gravitasi dijelaskan dalam bentuk lengkungan ruang-waktu. Lalu, benda-benda angkasa menekuk dalam ruang dan waktu. Kelengkungan inilah yang kemudian dapat menjelaskan cara bagaimana sebuah benda langit bergerak. Pengaruh ruang dan waktu itulah yang disebut sebagai gravitasi.
Akan tetapi, gagasan ini memang belum pernah dibuktikan secara langsung. Sebab, gelombang gravitasi memang tidak mudah dideteksi. Untuk itu, sampai saat ini masih banyak ilmuwan yang berusaha menemukan keberadaan gelombang gravitasi yang digagas Einstein tersebut.
(Dam/Why)
Advertisement