Liputan6.com, Jakarta - Survei yang dilakukan Kaspersky Lab melalui tes kecerdasaan siber oleh pengguna menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka masih kurang berhati-hati terhadap password (kata sandi) yang mereka gunakan.
Hanya 38% dari mereka yang membuat password kuat untuk setiap akun, sementara 1 dari 7 pengguna (14%) hanya memiliki satu kata sandi yang sama untuk setiap akun mereka.
Jika pengguna mempunyai kata sandi yang sama di beberapa akun, mereka berisiko mengalami kebocoran data. Tingkat risiko ini tidak berbeda jauh bagi para pengguna yang hanya memiliki beberapa password untuk jumlah akun yang cukup banyak (36%) serta bagi mereka yang menggunakan variasi pola password yang sama (12%).
“Sayangnya, tidak banyak orang memahami betul skala ancaman yang muncul dari penggunaan internet serta tidak cukup serius dalam melindungi data online pribadi mereka, dan meningkatkan risiko kehilangan data secara signifikan,” kata David Emm, Principal Security Researcher di Kaspersky Lab melalui keterangan resminya, Minggu (13/12/2015).
Baca Juga
“Sebuah kata sandi kuat dan berbeda-beda bagi setiap akun merupakan elemen mendasar yang penting dalam memproteksi identitas digital. Anda tentunya dapat memikirkan sebuah algoritma tunggal dalam pembuatan password yang tidak mudah dipecahkan namun mudah diingat. Tentunya juga ada program khusus yang memudahkan pembuatan dan penyimpanan kata sandi,” sambungnya.
Menurut survei lainnya, yang membuat situasi menjadi cukup rumit adalah satu dari sepuluh pengguna cenderung memiliki password kurang dari delapan karakter.
Sementara itu, 12% lainnya enggan untuk membuat password yang lebih sulit ditebak. Sebagai contoh, penggunaan huruf besar, penggabungan angka dengan huruf, tanda baca ataupun trik serupa lainnya.
Parahnya, hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa para pengguna membahayakan keamanan mereka dengan menempatkan kata sandi di lokasi yang mudah diakses atau bahkan di tempat yang tidak aman.
Lebih dari setengah responden (57%) mengaku bahwa kata sandi mereka diletakkan pada secarik kertas, di telepon genggam, pada text file di komputer, dan menyimpannya di browser.
Bahkan ketika browser menawarkan layanan penyimpanan login dan password, sepertiga dari pengguna cenderung menyetujuinya. Hal ini tentunya berisiko besar, terlebih perangkat tersebut beralih tangan kepada penjahat siber atau orang yang memiliki niat buruk.
(Isk/Why)
Advertisement