Sukses

Adopsi 4G LTE di ASEAN-Oseania Capai 75% di 2021

Dengan kelanjutan pertumbuhan smartphone dan penggunaan data, total trafik mobile di kawasan itu akan meningkat 14 kali lipat pada 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan riset terbaru Ericsson bertajuk Ericsson Mobile Report, lebih dari 75 persen masyarakat di kawasan Asia Tenggara dan Oseania akan terpapar jaringan 4G-LTE pada 2021. 

Dalam laporan tersebut sebagaiamana dikutip dari Telecom Asia, Senin (14/12/2015), pada periode 2015-2021, pengguna mobile diprediksi tumbuh dengan pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) sebesar 4 persen, atau mencapai 1,3 miliar pengguna.

Dengan kelanjutan pertumbuhan smartphone dan penggunaan data, total trafik mobile di kawasan itu juga bakal meningkat 14 kali lipat pada 2021. Trafik mobile broadband juga akan meningkat, dan banyak pengguna mulai berpindah ke paket data dengan kuota lebih besar.

Pada 2015, sekitar 40 persen dari total pengguna mobile broadband di kawasan itu akan mengaktifkan paket data dengan kuota sebanyak 2,1 GB-5 GB, naik dari 30 persen di 2014.

Sebaliknya, riset ini mengungkapkan bahwa pengguna mobile yang mengaktifkan paket data 1 GB di kawasan tersebut, mulai menurun.

"Laporan ini menunjukkan kawasan rural menjadi penting di masa mendatang jika mengacu pada tingginya penetrasi mobile saat ini. Pasar ini menjadi potensial bagi operator telekomunikasi dan produsen handset. Mereka harus bisa menghadapi tantangan ketersediaan, keterjangkauan, awareness, manfaat smartphone, dan internet mobile," ujar Sean Gowran, Head of Ericsson Filipina dan kawasan Pasifik. 

Sesuai prediksi, Singapura dan Australia menjadi negara-negara yang memiliki performa jaringan terbaik di kawasan ini, dikarenakan mereka lebih dulu menggelar jaringan LTE dan LTE-Advanced.

Riset Ericsson juga memaparkan layanan video streaming berkualitas High Definitions (HD) lebih mudah diakses secara mobile di Singapura dan Australia. Teknologi agregasi jaringan 4G di Australia bahkan mampu menghadirkan kecepatan download hingga 600 Mbps.

Gowan menambahkan, hal serupa dapat menjadi tantangan bagi operator di negara-negara berkembang. Kendati demikian, Ericsson memprediksi bahwa performa jaringan LTE negara-negara berkembang dapat meningkat signifikan. 

"Tren peralihan ke smartphone diperkirakan berasal dari area rural dan terpencil. Tapi, tantangannya adalah bagaimana menghadirkan layanan mobile broadband dengan pengalaman dan kemampuan yang sama dengan lebih efisien." Tutupnya.

(Cas/Why)Â