Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran Nadiem Makarim dengan Go-Jek, William Tanuwijaya dengan Tokopedia, Achmad Zaky dengan Bukalapak, Ferry Unardi dengan Traveloka, serta pengusaha startup sukses asal Indonesia lainnya harus diakui secara tidak langsung mendorong lahirnya banyak pelaku startup baru.
Namun, perlu diketahui bahwa nyatanya kesuksesan sebuah startup tidak datang begitu saja. Ungkapan lama yang mengatakan bahwa "Roma tidak dibangun dalam semalam" dapat berlaku pula dalam pengembangan sebuah startup.
Butuh usaha dan kerja keras untuk dapat membuat sebuah startup menjadi stabil. Bahkan, sebuah perusahaan startup yang terlihat menguntungkan, belum tentu memiliki kondisi keungan yang baik. Inilah yang dialami oleh Jon Tse, pendiri Zookal asal Australia.
Tse mengakui, dalam membangun Zookal hingga dapat seperti sekarang ini, diperlukan upaya ekstra keras. Salah satunya adalah pencarian investor, terutama untuk model bisnis 'capital intensive' yang digunakan olehnya. Untuk itu, melalui tulisannya, Tse membagi pengalamannya dalam membangun Zookal, seperti dikutip dari laman Tech in Asia, Rabu (23/12/2015).
From Heroes to Zeroes
Pertama kali dibangun tahun 2012, Tse membangun Zookal dengan harapan besar. Bermodalkan uang yang dikumpulkan dari keluarga dan orang-orang terdekat, Zookal bermaksud membawa perubahan bagi dunia pendidikan. Konsep yang ditawarkan Zookal adalah menyewakan textbook bagi mahasiswa di Australia.
Pada awalnya, Zookal terlihat begitu menjanjikan. Tse menceritakan, sempat ada lebih dari 200.000 pengunjung di minggu pertama peluncuran situsnya. Tak hanya itu, Zookal menerima pesanan dari tiap negara bagian di Australia. Bahkan, layanan ini diliput media nasional Australia.
Akan tetapi, nyatanya Zookal tidak dapat berjalan lama. Sebagai sebuah bisnis yang dijalankan dengan model capital intensive, Zookal membutuhkan sokongan investor untuk menjalankan usahanya. Pada tahap ini, Tse mengakui bahwa Zookal kehabisan modal dan harus segera mencarinya.
Perjalanan ke Silicon Valley
Di tengah kondisi keuangan yang tidak jelas, Tse memutuskan untuk mulai mencari investor untuk bisnisnya. Pilihannya jatuh pada kota yang disebut sebagai kiblat dunia startup, teknologi, dan investasi: Silicon Valley. Tse mengungkapkan, dirinya menggunakan sisa uang dari Zookal untuk membiayai perjalanannya ke Amerika Serikat.
Dalam rangka mempersiapkan diri mencari investor, Tse melatih kemampuan komunikasinya. Beberapa hal inti seperti banyaknya uang yang dibutuhkan, ke mana dan di mana dana akan dihabiskan, menjadi bahan persiapan bagi Tse.
Sesampainya di Silicon Valley, Tse segera bergerak cepat. Ia langsung mengirimkan begitu banyak email ke sejumlah investor potensial. Namun, Tse menyadari usaha di Silicon Valley tidaklah mudah.
Baca Juga
Salah satu aturan tidak baku di sana adalah, "untuk mendapatkan sambutan, kau harus kenal seseorang, namun untuk kenal seseorang, kau harus mendapat sambutan". Karenanya, Tse pun menjalankan usaha pencariannya secara agresif.
Ia menuturkan, dirinya sering berpindah tempat, ketika akan memberikan penjelasan bisnisnya. Tak jarang ia mendapat penolakan langsung dari para calon investor tersebut. Dan, tahap ini secara tidak langsung menempa kemampuan Tse dalam berkomunikasi dengan para calon investor.
Advertisement
Berpikir Out of the Box
Tse menyadari ada kekeliruan dalam usahanya. Salah satu yang krusial adalah bisnis Tse dijalankan di Australia, sementara banyak investor menginginkan kejelasan kondisi pasar dengan tim yang kuat, pasar yang besar, gagasan yang terukur, dan sebagainya.
Maka dari itu, Tse memutar otak untuk dapat mencari penyelesaian dari masalahnya ini. Kemudian, ia teringat pada Quora. Situs web ini memungkinkan seseorang mengajukan sebuah pertanyaan dan orang lain dapat menjawabnya. Ketika itu, ia menuliskan kondisi bisnisnya dan menanyakan cara terbaik untuk memperbesar jaringannya.
Dari situ, Tse mulai mendapatkan peruntungannya. Berawal dari perkenalan dengan seorang pengacara dari sebuah firma hukum, Tse diperkenalkan dengan seorang investor asal London.
Akhirnya, setelah melalui beberapa pembicaraan, investor tersebut mau berinvestasi pada Zookal dengan nilai mencapai US$ 1,2 juta. Kendati demikian, Tse tetap mengingatkan bahwa mengumpulkan banyak uang tidak menjamin kesuksesan sebuah bisnis. Namun, melakukan hal ini juga tidaklah salah lantaran dapat memberikan kesempatan dan sumber daya lebih besar. Tak lupa Tse menuturkan bahwa modal yang diperoleh itu harus dapat dilanjutkan menjadi pemodalan berikutnya.
Adapun beberapa saran dari Tse dalam membangun startup adalah sebagai berikut:
1. Jangan pernah menyerah, terutama ketika kondisi memaksa Anda untuk menyerah, Anda harus tetap melangkah maju.
2. Bekerjalah sesuai dengan kemampuan Anda untuk menyampaikan visi dengan cara lebih menarik.
3. Jelajahi semua jalanan yang tersedia bagi Anda.Â
4. Kesepakatan itu hanya dilakukan ketika uang sudah diterima.
5. Lakukan hal baik untuk orang lain, niscaya hal itu akan kembali.
(Dam/Why)