Sukses

Mengenal Mario, Tokoh Ikonik di Game Super Mario Bros

Mario dapat dikatakan sebagai salah tokoh ikonik dari Nintendo dalam budaya populer sampai saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi para pemain game di era 80 sampai 90an pasti kenal dengan Mario Bros, bercerita tentang seorang tukang ledeng bernama Mario dan saudaranya Luigi yang berusaha menyelamatkan Princess Peach.

Kesuksesan game tersebut nyatanya berbanding lurus dengan kepopuleran Mario sebagai tokoh utama. Mario dapat dikatakan sebagai salah tokoh ikonik dari Nintendo dalam budaya populer sampai saat ini.

Sudah 30 tahun sejak debut pertamanya, Mario sekarang ini bertranformasi menyesuaikan zaman. Tak lagi sekadar piksel, Mario dibuat dengan grafis yang lebih baik dan lebih jelas, menegaskan kesan kehidupan di dalamnya.

Nintendo selaku pembuatnya pun turut berubah. Perusahaan asal Jepang itu memastikan diri untuk mulai terjun ke ranah pengembangan mobile gaming. Sebuah langkah berani dari perusahaan yang besar dalam mengembangkan game konsol.

Putusan Nintendo itu kemudian memunculkan pertanyaan baru, bagaimana kiprah Mario sebagai sosok ikonik ke dalam perubahan yang dilakukan Nintendo tersebut?

Untuk itu, simak cuplikan wawancara Takashi Tezuka, sebagai desainer game Mario Bros, sebagaimana dikutip dari laman Bloomberg, Rabu (23/12/2015)

Dibuat dengan standar

Tezuka sebagai seorang yang mengikuti Mario dari awal debutnya mengakui bahwa tokoh tersebut harus dapat menyesuaikan diri dengan tiap generasi.

"Mario harus berjalan sesuai dengan waktu," ujar Tezuka. Pemain dari generasi berbeda dapat menggunakan imajinasinya untuk membentuk kepribadian karakter tersebut.

Kendati mengalami perubahan, Nintendo sudah memiliki standar tersendiri untuk karakter itu. Hal itu diungkapkan oleh Masanobu Endo, seorang profesor dari departemen game di Tokyo Polytechnic University.

"Meskipun sudah melalui semua perubahan dalam perangkat dan teknologi, Nintendo selalu mengkhususkan diri dalam membuat sebuah perasaan tertentu tentang kebebasan ketika memanipulasi karakter," ujar Endo.

Kesederhanaan tokoh Mario juga tidak terlepas dari keadaan teknologi saat itu. Shiteru Miyamoto, kreator Mario kala itu ternyata memberi Mario sebuah topi untuk menghindari penggunaan rambut dalam bentuk animasi dan kumis untuk menyembunyikan mulut.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Bersaing dengan kompetitor

Pertama kali meluncur, Super Mario Bros. hadir di tengah pasar konsol yang sedang menurun di Amerika Serikat. Kendati demikain, nyatanya Nintendo berhasil menjual lebih dari 300 juta game kala itu.

Bahkan, di awal tahun 90, Mario berhasil membantu Nintendo berkompetisi dengan Sony dan tokoh landak biru ikoniknya, Sonic. Saat itu, Mario mulai menggunakan grafis 3D di tahun 1996 untuk menghadapi persaingan dengan Sony Corporation.

Nintendo juga membawa perubahan melalui game Super Mario Maker yang hadir di konsol Wii U dengan gamepad touchscreen. Gagasan awalnya adalah untuk memberikan kesempatan bagi pemain untuk mendesain keadaan game yang sesuai keinginannya.

Merambah bentuk lain

Keberhasilan Super Mario Maker kembali mengokohkan sosok Mario. Game tersebut berhasil terjual lebih dari jutaan unit dalam satu minggu. Saat ini saja ada lebih 3,3 juta kasus yang dimainkan lebih dari 200 juta kali.

Kesuksesan ini disebut sebagai keberhasilan Nintendo untuk merengkuh generasi pemain masa kini, meski industri sekarang memiliki tren berbeda. Kehadiran Super Mario Maker juga menjadi ajang nostalgia bagi pemain lama yang rindu dengan game lawasnya.

Sosok Mario yang begitu ikonik, menempatkan tokoh tersebut dalam jajaran budaya populer saat ini. Untuk itu, tak segan Mario mulai merambah produk lain tak hanya game.

Salah satunya adalah yang dilakukan perusahaan pembuat jam terkemuka, Romain Jerome, yang membuat jam tangan khusus bertema Mario.

Terkait rencana Nintendo untuk merilis lima judul mobile game baru di tahun depan, Tezuka menolak membicarakan kemungkinan kehadiran Mario di lima judul game tersebut.

"Kami merasa cukup mampu untuk membuat suatu hal yang sesuai dengan perkembangan zaman," pungkas Tezuka.

(Dam/Isk)