Liputan6.com, Jakarta - Tidak salah jika kita mengatakan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa universal di internet. Sebab, menurut perhitungan, lebih dari separuh dari konten di internet menggunakan bahasa Inggris.
Namun, popularitas bahasa Inggris diperkirakan tidak akan lama lagi. Hal ini setidaknya berdasarkan penelitian terbaru yang menyebutkan bahwa persentase penggunaan bahasa Inggris di masa depan akan berkurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Alvaro Blanco dari Funredes, sebuah lembaga nirlaba yang mengkaji penggunaan teknologi di negara berkembang, menemukan bahwa ada perubahan penggunaan bahasa Inggris di konten internet saat ini.
Mengutip informasi dari laman Business Insider, Senin (4/1/2016), Blanco menuturkan bahwa sebelumnya di tahun 1996, penelitian menemukan bahwa ada 80 persen konten online berbahasa Inggris.
Namun, kurang dari satu dekade, ternyata ada tren penurunan penggunaan bahasa Inggris di internet. Untuk sekarang ini, penggunaan bahasa Inggris di konten online diperkirakan berkurang hingga 45 persen.
Bahkan, angka ini belum termasuk dari aktivitas akun media sosial seperti Facebook dan Twitter. Sebab, saat ini mesin pencari hanya menyusun kurang lebih sekitar 30 persen dari keseluruhan situs web.
Di sisi lain, meski penggunaan bahasa Inggris diprediksi akan menurun, masih ada persoalan lain yang lebih besar, yakni kurangnya keragaman bahasa yang ada di internet saat ini.
Peran mesin penerjemah
Hal tersebut bukanlah tanpa alasan mengingat pengguna bahasa populer saat ini masih mengalami kendala ketika membaca konten online. Tengok saja bahasa Mandarin. Meski merupakan salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia, nyatanya konten berbahasa bahasa Mandarin di internet hanya mencapai 2,1 persen.
Begitu juga dengan bahasa Spanyol, sebagai bahasa yang paling banyak digunakan nomor dua di dunia. Kenyataannya, saat ini hanya ada 4,8 persen konten berbahasa Spanyol di internet. Pun demikian dengan bahasa Hindi, yang walaupun memiliki penutur lebih dari 260 juta orang, konten berbahasa Hindi di internet ternyata hanya 0,1 persen.
Fenomena inilah yang kemudian dicemaskan oleh organisasi seperti UNESCO. Organisasi yang fokus pada bidang pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan itu merasa bahwa bahasa Inggris dapat mengganggu keberadaan bahasa lain yang kurang populer.
Baca Juga
Bahkan, tidak sedikit aktivis yang berpendapat bahwa dominasi bahasa Inggris di konten internet dapat berkontribusi pada kepunahan bahasa pribumi.
Karena itu, beberapa ahli percaya bahwa mesin penerjemah dapat menjadi solusi atas fenomena ini. Bahkan, Ray Kurzweil, seorang futuris, memprediksi bahwa dalam dua dekade ke depan, semua komputer mungkin memiliki fitur 'kalkulator bahasa'. Fitur ini disebut-sebut dapat menafsirkan teks dengan tingkat akurasi yang mendekati penerjemah manusia.
Tak hanya itu, berkurangnya penggunaan bahasa Inggris secara online juga dapat membuat dunia internet lebih demokratis di masa depan. Sebab, pengguna internet tidak lagi perlu mengandalkan bahasa tertentu untuk menikmati sebuah konten online.
(Dam/Why)
Advertisement