Sukses

Bos Esia: Kami Akan Beralih ke 4G sebagai Inovator Bukan Operator

Perusahaan akan fokus menggarap bisnis aplikasi digital, salah satunya adalah EsiaTalk.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bakrie Telecom Tbk, pemilik merek Esia, akan segera beralih ke layanan 4G meski kini tak lagi menjadi operator seluler. Strategi ini akan dilakukan karena pasar CDMA kian menurun. 

Jastiro Abi, Presiden Direktur Bakrie Telecom, mengakui bahwa teknologi seluler berbasis CDMA mulai ditinggalkan. Untuk mendorong bisnisnya, perusahaan menyiapkan dua strategi, antara lain produk digital dan layanan 4G. 

"Pertama, kami akan mengembangkan kembali layanan EsiaTalk dan fokus produk digital lainnya. Kedua, kami menuju layanan 4G sebagai inovator, bukan sebagai operator," ujar Jastiro, ditemui usai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), Selasa (12/1/2016). 

EsiaTalk sendiri merupakan layanan instant messaging yang dirilis pada tahun lalu. Aplikasi EsiaTalk bahkan sudah tersedia di toko aplikasi Google Play Store. Menurut perusahaan, EsiaTalk telah mengantongi 200 ribu pengguna aktif.

Perlu diketahui, Bakrie Telecom tak lagi menjadi operator seluler setelah melakukan perjanjian kerja sama dengan PT Smartfren Telecom Tbk untuk menuju pengembangan 4G.

Dalam perjanjian kerja sama pada November 2014 silam, Bakrie Telecom menyerahkan frekuensinya kepada Smartfren. Artinya, Bakrie Telecom akan menyewa jaringan Smartfren untuk tetap melayani pelanggan mereka.

Lebih lanjut, Jastiro mengungkap bahwa pihaknya belum mengetahui kapan layanan CDMA-nya dihentikan. Namun, perusahaan akan terus berupaya agar tidak mengalami kerugian lebih besar. 

"Kita memastikan bahwa semua pihak happy. Ini harus win-win, tak hanya bagi perusahaan, tetapi juga pelanggan. Untuk menuju 4G, kami harus melihat ekosistem untuk handset. Produk yang kami kembangkan tidak akan ada artinya tanpa ketersediaan perangkat atau handset murah," ia menandaskan.

Sekadar informasi, kinerja keuangan Bakrie Telecom mengalami penurunan drastis sejak beberapa tahun lalu. Per kuartal III 2015 lalu, Bakrie Telecom hanya mampu meraup pendapatan sebesar Rp 478 miliar. Namun, kerugiannya membengkak hingga Rp 3,66 triliun secara tahunan. 

(Cas/Isk)**