Sukses

e-Commerce Bakal jadi ‘Sasaran Empuk’ Hacker Tahun Ini

Tak lagi fokus pada peretasan sistem mobil banking, penjahat siber diprediksi mengincar bisnis ritel online (e-commerce) pada tahun ini

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia merupakan salah satu negara yang berpeluang besar bagi penjahat siber.

Menurut data yang dirilis oleh Akamai pada State of The Internet Report, Indonesia menempati urutan ke-2 di dunia sebagai target serangan siber. Posisi pertama diduduki Tiongkok, disusul Amerika Serikat, Turki, dan Rusia.

Tak sampai disitu, hal ini juga dibuktikan dengan jumlah peningkatan serangan siber sebanyak 21 persen di Indonesia, yang mana di tahun sebelumnya hanya sebesar 0,7 persen.

Riset ini semakin diperkuat oleh data dari Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (SURTII) yang menyatakan bahwa pada 2014 lalu, Indonesia mengalami serangan siber sebanyak 48,4 juta kali.

Di acara penandatanganan kerjasama solusi penangkal serangan siber yang dilakukan ARIM Technologies dan PT Jaringan Intech Indonesia, Mei Sen selaku Managing Director PT Jaringan Intech Indonesia mengungkapkan bahwa pada tahun ini, tak menutup kemungkinan ancaman serangan siber akan semakin besar.

Dijelaskan Sen, jika pada tahun lalu para penjahat siber tersebut berfokus ke peretasan sistem mobile banking, tahun ini para hacker akan menciptakan sebuah 'tren' di mana mereka akan memanfaatkan peretasan sistem di bisnis retail.

"Tahun ini, bisnis ritel bisa jadi target mereka (para hacker)," tutur Sen ketika ditemui tim Tekno Liputan6.com di Le Meridien, Jakarta, Selasa (12/1/2016).

"Sangat mengagetkan karena ritel (yang termasuk bisnis e-Commerce) diduga menjadi sasaran empuk para peretas," lanjutnya.

Mau tak mau, semua pihak harus bersiap jika memang benar ancaman tersebut betul-betul hadir pada tahun ini. "Apalagi kan bisnis e-Commerce lagi berkembang pesat di Indonesia," tambahnya. 

Ia juga mengungkap awal mula mengapa bisnis ritel bisa menjadi incaran empuk para hacker. Hal ini bermula dari kehadiran hypermart furnitur di Amerika Serikat bernama Target.

"Jadi ada malware yang berjalan di POS system. Nah, customer nyaman menggunakan kartu kredit di kasir karena slide terbaca dan dimasukkan ke mesin EDC. Ini yang bikin para hacker merasa bahwa kesempatan itu bisa dijadikan keuntungan besar. Bayangkan, mereka punya target 45 juta kartu kredit yang bisa diretas hanya dari hypermart Target saja. Belum ritel lainnya," terang Sen.

Sebagai salah satu solusi, ARIM Technologies dan Intech menawarkan sebuah penangkal serangan siber yang disebut sebagai Managed Security Service Provider (MSSP).

Solusi itu merupakan penyedia layanan untuk mengelola perangkat/piranti keamanan dan sistem seperti deteksi intrusi, Virtual Private Network (VPN), enkripsi, spam blocking, pemindaian kerentanan, uji coba keamanan siber, prevensi kehilangan data, forensik data dan layanan anti virus.

(Jek/Cas)