Sukses

[OPINI] Kekuatan Video dalam Kampanye Pemasaran

Bagaimana caranya menarik perhatian audiens untuk memutar ulang video dalam kampanye pemasaran dan melakukan Retweet?

Liputan6.com, Jakarta - Konten, konteks, dan kontinuitas adalah tiga hal utama dalam sebuah kampanye video yang menarik. Yang menjadi pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana caranya menarik perhatian audiens untuk memutar ulang dan melakukan retweet?

Kampanye yang menjadi viral biasanya memiliki komponen video di dalamnya. Sebuah video, bila ditempatkan secara strategis, bisa menjadi medium yang sangat kuat untuk menarik perhatian serta memancing interaksi dengan penonton.

Untuk bisnis dan brand yang tergolong baru, ada beberapa cara untuk memaksimalkan dan menggunakan kekuatan video sebagai salah satu alat content marketing yang efektif.

Melihat pentingnya video, Twitter sudah berinvestasi di platform video dalam waktu yang lama. Contohnya video enam detik Vine, promoted video, content partnership dengan broadcaster di Amplify, serta aplikasi video live streaming Periscope.

Terkait dengan video, terdapat unsur 3K yang penting untuk dipertimbangkan oleh brand saat akan melakukan content marketing, yakni Konten, Konteks, dan Kontinuitas​.

Konten

Konten merupakan inti dalam sebuah tweet dengan komponen video. Layaknya sebuah drama, produser, pengarah, dan pemain berperan penting dalam membuat narasi video menjadi hidup. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memikirkan bagaimana kita ingin memosisikan klip video tersebut, siapa yang akan menjadi pemeran utama, dan bagaimana mempromosikannya.

Dalam sebuah riset yang kami lakukan, pengguna Twitter ingin melihat lebih banyak konten video dari tiga sumber berikut: selebritas (45%), brand (37%), dan pengguna lain (40%). Di samping pembuatan, ketiga sumber tersebut juga bisa tampil dalam video.

Mari kita lihat pilihan terbesar mereka: selebritas. Dengan naskah yang baik, selebritas dapat memulai awal sebuah kampanye. Apabila seorang selebritas tampil dalam video atau video tersebut memiliki konten eksklusif seperti behind­ the­ scene yang memanfaatkan fitur autoplay Twitter, besar kesempatan yang akan kita peroleh. Contohnya adalah Promoted Tweet video dari Intel berikut.

Video infommercial berikut menjadikan Jim Parsons sebagai tokoh utama, selebritas yang sangat identik dengan karakter Sheldon Cooper, seorang kutu buku teknologi dalam serial TV di Amerika Serikat, The Big Bang Theory.

Dengan karakter serupa, Jim memberikan informasi mengenai kemampuan prosesor Intel masa depan dalam menciptakan kata sandi yang aman, dengan bahasa dan cara yang mudah dimengerti semua jenis audiens--tanpa bahasa terminologi teknologi yang rumit.

Pilihan kedua adalah pengguna lain--biasanya mereka yang memiliki banyak follower. Banyak cuplikan video inspirasional, seperti beragam video dari Vine. Format video looping 6 detik milik Vine sama seperti menulis sebuah skit, yang kunci utamanya adalah tetap membuat narasi video tersebut sederhana. 

Editing berperan penting dalam menjaga dan memberi efektivitas alur cerita dalam sekali tayang. Zach King yang luar biasa, contohnya, adalah inspirasi yang baik bagi brand. Dia terkenal dengan membawa istilah sehari-­hari seperti "couch potato" (malas gerak) dan "rolling out of bed" (bangun tidur) dan mengubahnya menjadi video 6 detik kreatif.

Satu cara bagi bisnis untuk memanfaatkan kekuatan kreatif tersebut adalah dengan meminta partisipasi dari pengguna. Ajak pengguna untuk menciptakan konten yang berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan suatu produk atau brand, dan membuat konten yang mereka sukai dari hal tersebut.

Lebih baik lagi adalah dengan me­-retweet video pengguna yang terkait dengan narasi yang kita tentukan. Apabila brand Anda adalah brand olahraga, video tweet tentang #USOpen ini bisa jadi inspirasi pembuatan narasi Anda.

3. Pilihan ketiga adalah brand. Dalam pembuatan video untuk platform media sosial, video yang baik adalah yang pendek dan memiliki konten menarik. Layaknya iklan TV 15-30 detik, video dari XL Axiata untuk kampanye Rumah Silaturahmi XL menjadi salah satu contoh yang baik dari hal tersebut.

Dalam sebuah studi yang kami lakukan, terlihat bahwa branding yang tampil di tiga detik pertama sebuah video memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi untuk menarik perhatian audiens. Beberapa brand di Indonesia juga sudah mulai menggunakan video di 2015 sebagai bagian dari kampanye mereka: XL123, Tri, Samsung, Pizza Hut, Adidas Indonesia. Ke depannya, penggunaan video dan rich media akan menjadi makin penting.

Konteks

Ketika Anda sudah berhasil membuat konten yang solid, saatnya fokus pada konteks. Bayangkan hal ini sebagai iklan promosi untuk video Anda. Menggabungkan kampanye ke sebuah acara, pesan, atau gerakan yang sedang terjadi, dapat memancing orang untuk melihat video Anda.

Dengan demikian, Anda akan lebih mudah menciptakan koneksi dengan audiens. Salah satu contohnya adalah video Vine yang sederhana tapi memiliki banyak pesan ini, yang dibuat oleh perusahaan makanan cepat saji di Amerika Serikat, Arby, untuk merayakan #WorldEmojiDay.

Movements juga dapat memberikan koneksi yang personal kepada khalayak sasaran. Kuncinya adalah memilih movement yang memiliki ketertarikan tinggi bagi audiens inti Anda, seperti yang dilakukan Unilever Indonesia untuk merek Ponds (@PondsTeens) melalui kampanye Flock­-to­-Unlock di Twitter#WajahBaruIndonesia. Ini merupakan gerakan nasional untuk mengajak perempuan muda Indonesia mengatasi tantangan dan mencapai keinginan mereka.

Flock­-to­-Unclock merupakan sebuah tool yang dimiliki Twitter di mana pengguna didorong untuk melakukan retweet atau favourite sebuah tweet, sehingga mencapai jumlah tertentu. Saat jumlah tersebut tercapai, akan ada sesuatu yang spesial yang dirilis oleh brand--dan ini bisa jadi apa saja: iklan baru, varian produk baru, dan lain sebagainya. Kampanye Ponds kali ini merilis lagu "Bercahaya"--­yang dinyanyikan khusus oleh Raisa­--pertama kalinya di Twitter.


Kontinuitas

Entah itu untuk pertunjukan kehadiran media sosial pada musim-­musim biasa atau kelanjutan dari aktivasi offline, klip video dan rekap menjaga agar percakapan tetap terjadi. Periscope--­aplikasi live broadcast milik Twitter--merupakan sebuah cara baru yang menarik untuk berbagi tentang banyak hal kepada audiens brand Anda.

Di Periscope, brand dapat memperoleh umpan balik secara real­-time selama siaran berlangsung. Jadi Anda dapat dengan mudah memberikan respons terhadap pertanyaan atau masukan dari para penonton siaran tersebut. Dengan diintegrasikannya Periscope ke timeline Twitter, hal ini akan membantu Anda menjangkau lebih banyak audiens.

Salah satu contoh brand yang sudah melakukan hal ini adalah Lazada (@LazadaID), yang memberikan pengalaman eksklusif bagi para pelanggan mereka dengan melakukan siaran Periscope secara reguler. Lazada mendapat feedback positif dari para pelanggan setiap kali melakukan siaran Periscope, terutama pada saat jam pulang kantor.

Dalam hal ini, Lazada memiliki kesempatan untuk langsung mendengarkan saran dan masukan dari para pelanggan mereka, seperti bagaimana pengalaman mereka ketika berbelanja di Lazada serta produk apa saja yang paling digemari.

Lazada juga berhasil memanfaatkan siaran langsung Periscope ini sebagai wadah untuk menanggapi komentar dan saran dari para pelanggan setia mereka. Seperti apa yang dilakukan oleh Magnus Ekbom, CEO Lazada Indonesia, ketika viewers mengajukan pertanyaan terkait permasalahan sistem pembayaran Lazada saat proses check out. Saat itu juga, Magnus langsung menghubungi bagian yang terkait untuk memastikan hal tersebut segera ditindaklanjuti.

Dengan seketika, terjadi peningkatan jumlah ikon hati secara signifikan. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan video dapat dilakukan bukan hanya untuk kegiatan kampanye, tapi juga dalam hal yang terkait dengan layanan terhadap pelanggan. Apabila dilakukan secara berkelanjutan, ini dapat menjadi sarana yang ideal untuk meningkatkan customer loyalty.

Rangkuman

Satu hal yang perlu diingat adalah pentingnya memiliki konten yang sesuai dengan konteks dan berkelanjutan (kontinuitas) di media sosial. Tidak ada yang lebih buruk selain akun yang tidak aktif. Anda tidak perlu melakukan sesuatu dengan intensitas yang sangat tinggi, tapi tetap perlu mempertimbangkan momentum.

Jangan lupa untuk selalu memperhatikan dan menciptakan beragam inisiatif untuk melakukan engagement dengan audiens. Hal ini merupakan bagian paling powerful dari sebuah platform seperti Twitter. Umpan balik dari mereka dapat membantu brand untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang berhasil, tidak berhasil, dan yang perlu tetap dilanjutkan.

Untuk melihat berbagai tips content marketing, Anda dapat kunjungi http://biz.twitter.com.


Penulis adalah Roy Simangunsong, Country Business Head Twitter Indonesia