Liputan6.com, Jakarta - PT Hutchison 3 Indonesia baru saja mengomersialkan layanan 4G di enam kota di Indonesia. Layanan 4G ini berjalan di frekuensi 1.800 MHz.
Sayangnya, bagi Tri gelaran jaringan 4G ini dinilai belum optimal. Pasalnya, Tri hanya menggunakan pita selebar 5 MHz saja di 1.800 MHz untuk layanan 4G.
"Kami memang kekurangan frekuensi. Maka itu, kami harap bisa mendapatkan tambahan frekuensi dari pemerintah," kata M. Buldyansyah, Wakil Presiden Direktur Tri Indonesia.
Baca Juga
Ditemui usai jumpa pers 9 Tahun 3 Indonesia di Jakarta, Rabu (30/3/2016), pria yang biasa disapa Dani ini mengungkapkan bahwa kapasitas spektrum yang dimiliki memang cukup untuk saat ini.
"Tapi kalau cuma 5 MHz, average kecepatan 4G hanya 10-20 Mbps. Ini (kapasitas 4G, red.) cukup sampai dua tahun ke depan saja. Jika kami dapat tambahan 5 MHz lagi, itu bisa kami gunakan untuk 4G," ujarnya.
Sekadar diketahui, Tri memiliki dua blok sebesar 10 MHz di spektrum 1.800 MHz. Rinciannya, 5 MHz digunakan untuk layanan 2G dan 5 MHz lainnya untuk layanan 4G. Adapun di spektrum 2.100 MHz Tri memiliki 10 MHz untuk 3G.
Tantangan Tri
Kekurangan spektrum menjadi tantangan besar bagi Tri mengingat operator berlambang angka "3" ini berambisi mendongkrak jumlah pelanggan dan Average Revenue per User (ARPU).
Dani mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mendorong layanan data karena 80 persen penggunanya berasal dari segmen muda.
"ARPU kita sekitar Rp 24 ribu. Memang kecil karena kami memang fokus jualan ke data. Tapi kami sudah mulai monetisasi. Kami tak mau lagi jual (paket data, red.) di bawah harga ekonomis. Kami mau jaga kualitas dan ekspansi jaringan baru," tutur Dani menambahkan
Saat ini Tri baru mengantongi sekitar 3.800 pelanggan 4G atau 7 persen dari total penggunanya yang sebanyak 55,5 juta. Jumlah itu naik dari sebelumnya yang hanya 2-3 persen. Tri juga telah membangun 3.900 BTS selama 9 tahun beroperasi. Itu pun belum ditambah 1.000 unit BTS khusus untuk 4G.
(Cas/Why)