Liputan6.com, Jakarta - NASA disebut tengah melakukan eksperimen awal untuk proyek pengembangan obat di luar angkasa. Pada proyek ini badan antariksa Amerika Serikat itu melakukan kerja sama dengan peneliti dari University of Southern California.
Dilansir Engadget, Senin (4/4/2016), proyek pengembangan obat di luar angkasa ini memakai jamur sebagai bahan dasarnya. Untuk itu, keduanya akan mengirimkan jamur (fungi) ke luar angkasa melalui penerbangan SpaceX ke International Space Station pada 8 April 2016.
Jamur dipilih sebab mampu memproduksi molekul yang disebut metabolit sekunder yang dapat digunakan untuk mengembangkan obat. Salah satu yang dapat dikembangkan dari jamur adalah penilicin.
Namun, untuk dapat menghasilkan metabolit sekunder, jamur harus diletakkan pada kondisi yang membuat stres. Untuk itu, ketua proyek ini, Clay Wang, memilih luar angkasa yang dianggap mampu menghadirkan lingkungan cukup keras untuk membuat jamur menghasilkan molekul tersebut.
Baca Juga
Peneliti percaya bahwa spesies jamur yang dikirim, Aspergillus nidulans, dapat memproduksi 40 tipe obat yang berbeda pada keadaan mikrogravitasi. Jenis jamur itu dipilih karena sering dipakai pada penelitian farmasi, dan menghasilkan molekul untuk obat osteoporosis.
Nantinya, jamur tersebut akan dijaga berada dalam suhu 4 derajat celcius selama perjalanan ke luar angkasa. Setelah itu, jamur akan dicairkan dan disimpan pada suhu pertumbuhan ideal 37 derajat celcius selama tujuh hari.
Wang berencana mendapatkan spesimen dari proyek ini untuk pengujian pada Mei 2016. Untuk itu, ia berharap jamur yang dikirim ke luar angkasa tersebut menghasilkan molekul yang dapat digunakan untuk pengembangan obat.
Jika eksperiman ini berhasil, Wang mengatakan penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mendukung misi manusia ke luar angkasa. Sebab, dengan membuat obat tak hanya di Bumi, manusia dimungkinkan memperluas cakupan penjelajahan luar angkasa di masa depan.
(Dam/Isk)