Liputan6.com, Jakarta - Saat ini Apple diketahui sebagai salah satu perusahaan terkaya di dunia. Dengan total kapitalisasi mencapai US$ 608 miliar, perusahaan yang kini berusia 40 tahun tersebut ternyata memiliki perjalanan tak semulus yang diperkirakan banyak orang.
Sebelum mencapai posisi sekarang ini, beberapa waktu lalu tak sedikit analis yang memperkirakan Apple akan segera merugi dan bangkrut. Bahkan, perusahaan ini pernah berada di titik nadir dengan kemungkinan bangkrut dan ditutup.
Namun nyatanya sampai saat ini Apple masih bertahan dan terus menambah pundi-pundi uangnya. Untuk itu, bersamaan dengan 40 tahun Apple di tahun ini, tim Tekno Liputan6.com memberikan informasi mengenai masa suram Apple sebelum menjadi seperti sekarang ini, seperti dikutip dari laman CNBC, Selasa (5/4/2016).
Tahun 1980
Ini adalah fase awal Apple memulai langkah besar dengan go-public pada 1980. Namun, kondisi itu tak mengubah pandangan analis yang menyebut Apple akan merugi.
Baca Juga
Ketika itu, publikasi investasi Barron menuturkan IBM akan "mengubur" produk Apple pada 1983. Di sisi lain, Apple pada tahun itu ternyata berhasil menggebrak lewat produk besutannya.
Kendati berhasil melakukan gebrakan, pada 1984 keuntungan Apple ternyata menurun. Lalu pada 1991, Apple disebut tak lagi mampu bertahan di tengah kompetitor lain, seperti Microsoft.
1996-2008
Tahun 1996
Pada tahun ini banyak peneliti memperkirakan penjualan komputer Macintosh turun kira-kira 30 sampai 50 persen dari tahun sebelumnya. Wall Street memprediksi ini akan jadi kejatuhan bagi perusahaan tersebut.
Setelah kehilangan hampir US$ 1,6 miliar selama dua tahun, analis menganggap Apple harus menjual operasi perangkat lunaknya dan berpindah ke Windows, bersamaan dengan kedatangan CEO baru John Sculley.
Namun, kedatangan Steve Jobs pada 1997 mengubah kondisi tersebut. Kehadiran iPod dan iPhone berhasil menarik perhatian pasar. Bahkan, desain iMac mendapat pujian dari banyak pihak.
Tahun 2008
Setelah sebelumnya terdampak resesi di Amerika serikat, beberapa investor ragu Apple dapat mempertahankan harga tinggi dan eksklusif. Pada 2008, analis Needham Charles Wolf menuturkan produk-produk Apple dipastikan terdampak kondisi resesi ekonomi saat itu.
Pada 2011, Saxo Bank memprediksi saham Apple akan turun 50 persen di 2012. Saxo Bank menilai, Apple akan menemukan banyak kompetitor seperti Google, Amazon, Microsoft/Nokia, serta Samsung dalam hal inovasi produk.
Namun, prediksi tersebut ternyata tak seluruhnnya benar. Nilai perdagangan Apple sejak pertama kali telah naik sebesar 554 persen, dengan 1 miliar perangkat aktif, dan 100 ribu karyawan.
Meskipun saat ini masih mendominasi, Apple disebut memiliki celah menuju kehancuran. Mantan pegawai Apple Andy Cunningham menuturkan bahwa saat ini Apple sudah mencapai titik puncaknya.
Oleh sebab itu, sama seperti perusahaan teknologi lain dengan kondisi serupa, tak tertutup kemungkinan Apple juga akan mengalami penurunan.
(Dam/Isk)Â
Advertisement