Liputan6.com, Jakarta - Era pembayaran non-tunai menggunakan sistem NFC (Near field communication) memang tengah menjamur dikembangkan beberapa perusahaan. Sebut saja, perusahaan seperti Apple, Samsung, dan Google yang telah mengembangkan sistem pembayaran tersebut memakai teknologi yang terpasang di smartphone.
Namun, metode itu sepertinya akan segera disusul oleh teknologi lain yang lebih canggih, setidaknya di Jepang. Kabarnya, pemerintah negeri matahari terbit itu tengah mengembangkan metode pembayaran dengan menggunakan sidik jari.
Dilansir dari laman Endgadget, Senin (11/4/2016), penggunaan sidik jari ini ditujukan untuk turis yang sedang berkunjung ke Jepang. Nantinya, pembayaran dengan metode ini akan dipakai di titik ramai pengunjung, seperti restoran ataupun hotel.
Jadi, pengunjung cukup mendaftarkan sidik jarinya di bandara Jepang ketika datang pertama kali. Berbekal sidik jari tersebut, para turis yang datang di Jepang bisa mulai berbelanja di beberapa lokasi.
Baca Juga
Selain itu, ketika akan menginap di hotel pengunjung tak perlu lagi menunjukkan passport, sebab pengunjung cukup memindai sidik jarinya di hotel yang dituju maka informasi dan pembayaran dapat segera dilakukan.Â
Untiuk saat ini, ada sekitar 300 lokasi strategis yang akan memakai metode pembayaran sidik jari ini untuk pertama kalinya, termasuk Atami, Hakone, Kamakura, dan Yugawara.
Metode ini diharapkan sudah tersedia secara nasional pada 2020 mendatang--bersamaan dengan gelaran Olimpiade Musim Panas yang digelar di Tokyo.
Meskipun menjanjikan, tak sedikit pihak yang mempertanyakan keamanan pemindai sidik jari tersebut. Terutama masalah keamanan data. Kekhawatiran itu beralasan sebab masalah keamanan dan privasi data tengah menjadi sorotan banyak pihak.
Namun, pemerintah Jepang memastikan teknologi ini aman dan data yang dikumpulkan akan disimpan secara anonim.
Bahkan, Aeon Bank--pelaku uji coba pertama metode ini--menuturkan sistem keamanan sudah dibuat sangat kuat, termasuk mencegah orang lain meniru pelanggan resmi.
(Dam/Ysl)