Liputan6.com, Jakarta - Menurut penelitian yang dilakukan ABI Research, operator seluler harus mempersiapkan diri menyambut keuntungan yang besar pada tahun 2025 dari 5G.
Jaringan 5G diprediksikan akan memberikan keuntungan sampai US$ 247 miliar atau setara dengan Rp 3.265 Triliun (estimasi kurs 13.220 per dollar AS).
Mengutip laman Telecomstechnews, Minggu (17/4/2016) pertumbuhan ini akan didukung oleh pasar Amerika Utara, Eropa Barat, dan Asia-Pasifik.
Baca Juga
"5G akan menjadi teknologi seluler yang berkembang dengan cepat. Kemungkinan besar lebih cepat dari generasi sebelumnya, termasuk 4G", ujar Managing Director dan Wakil Presiden di ABI Research, Joe Hoffman.
Advertisement
Baca Juga
Ia menambahkan, 5G akan menghasilkan pendapatan baru di pasar. Spesifikasi teknis yang tepat dari 5G belum diselesaikan, tapi bentuk standarnya diharapkan selesai pada 2020.
Tidak lama setelah itu, setiap vendor dan operator akan bersaing untuk saling memberikan pelayanan 5G pada pelanggannya.
Seperti kasus peluncuran setiap generasi sebelum 5G, hambatan utama akan selalu berada pada teknologinya sendiri dan isu-isu di sekitarnya, seperti spektrum fragmentasi, cakupan wilayah, ketersediaan perangkat, dan CAPEX/OPEX.
Di atas segalanya, harus ada yang bisa memastikan bahwa 5G akan menjadi unggulan dan memiliki keuntungan dibandingkan jaringan sebelumnya.
Dalam rangka memfasilitasi permintaan ketersediaan yang diperkirakan membludak karena akses yang cepat, ABI Research merencanakan untuk meluncurkan 8,5 juta gelombang milimeter untuk digunakan pada 2020.
(Shabrina Aulia Rahmah/Isk)
Â