Sukses

Google Doodle Peringati Kelahiran R.A Kartini

Google Doodle memperingati kelahiran Raden Adjeng Kartini 137 tahun lalu, tepatnya pada 21 April 1879.

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, Kamis (21/4/2016), Google Doodle memperingati kelahiran Raden Adjeng Kartini 137 tahun lalu, tepatnya 21 April 1879.

Tampak ilustrasi wajah Kartini di tengah-tengah kata "Google" menggantikan huruf "O" dengan latar belakang warna cokelat. Dalam doodle ini Kartini tampak sedang memegang buku.

Lahir di Jepara, Jawa Tengah, wanita yang lebih dikenal dengan nama Raden Ayu Kartini ini merupakan salah satu tokoh wanita Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia yang menjadi pelopor kebangkitan para perempuan pribumi di kala itu.

Lahir di keluarga priyay (kelas bangsawan) dari ayah bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A Ngasirah, Kartini merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Sampai berusia 12 tahun, Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School) dimana dia belajar bahasa Belanda.

Memiliki kemampuan berbahasa Belanda, Kartini pun dengan giat belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda.

Berkat teman korespondensi yang bernama Rosa Abendanmon, Kartini mulai mengenal dan tertarik dengan betapa majunya pemikiran perempuan-perempuan di Eropa. Dan muncul keinginan untuk memajukan perempuan pribumi yang pada saat itu masih memiliki status sosial yang rendah.

Kegemarannya membaca berbagai surat kabar, majalah, dan buku akhirnya membuat Kartini memberanikan diri untuk mengirimkan tullisannya dan dimuat di De Hollandesche Lelle. 

Passion Kartini untuk mengangkat derajat wanita tercermin dalam berbagai tulisannya, di mana ia tidak hanya membahas tentang emansipasi wanita semata saja, tetapi juga masalah sosial umum.

Menikah di usia 24 tahun dengan seorang bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, tidak membuat keinginan Kartini tentang kebebasan wanita pudar dan hilang.

Didukung sang suami, Kartini pun akhirnya mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Tak lama setelah melahirkan anak pertama dan terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904, Kartini pun tutup usia di umur yang terbilang muda yaitu 25 tahun. 

Walau begitu, berkat kegigihannya dalam memperjuangkan hak-hak wanita, mengetuk hati keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis untuk membentuk Yayasan Kartini. 

Lewat Yayasan Kartini inilah didirikan Sekolah Wanita pertama di Semarang pada 1912, disusul di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya.

Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon pun mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah R.A Kartini kirim kepada teman-temannya di Eropa ke dalam sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht yang artinya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya" pada 1911 dan dicetak kembali oleh Balai Pusataka pada tahun 1922 dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran".

(Ysl/Isk)

Â