Liputan6.com, Jakarta - Video ajakan kembali ke Merah Putih oleh founder sekaligus CEO Go-Jek Nadiem Makarim yang diunggah ke layanan berbagi video YouTube kurang dari 48 jam yang lalu mendadak tak bisa diakses.
Meski begitu, tautan video yang berjudul Go-Jek dari dan untuk Indonesia sempat menyebar secara viral ke pengguna internet (netizen).
Oleh karena itu, video yang terang-terangan mengajak driver GrabBike dan UberMotor untuk bergabung dengan Go-Jek pun ditonton oleh cukup banyak orang.
Baca Juga
Berbagai reaksi pun muncul setelah video itu diunggah ke jejaring sosial Twitter. Tekno Liputan6.com menghimpun berbagai komentar tersebut, Jumat (22/4/2016).
Memang tidak jarang yang memuji aksi lulusan Harvard Business School dan Brown University yang dianggap berani menyuarakan nasionalisme. Namun, tidak sedikit pula yang menganggap bahwa cara yang dilakukan Go-Jek tidak etis.
Pemilik akun @Sesa_Opas misalnya, menuliskan sebuah cuitan yang menyindir Nadiem Makarim. "Masih menunggu Nadiem Makarim melabeli konsumen non gojek nggak nasionalis karena tidak menggunakan produknya."
Masih menunggu Nadiem Makarim melabeli konsumen non gojek nggak nasionalis karena tidak menggunakan produknya.
— Hot Brain (@Sesa_Opas) April 21, 2016
Kemudian, @dewe bahkan menceritakan, dirinya masuk ke video milik bos Go-Jek sekadar untuk memberikan tanda tidak suka (unlike).
Advertisement
Masuk ke video Nadiem Makarim cuma buat nge unlike lalu cabz
— Nikki Dibya Wardhana (@dewe) April 21, 2016
Ada pula yang beranggapan bahwa Nadiem Makarim menerjemahkan nasionalisme dan kepahlawanan dengan dangkal.Â
sepakat. nasionalisme dan kepahlawanan diterjemahkan dgn dangkal RT @slaksmi: Gojek dan Merah Putih. IMO, bad PR. https://t.co/IAQyv2AypK
— donnybu (@donnybu) April 22, 2016
Sementara, @rezadharana mengungkapkan cara bersaing Go-Jek yang tidak semestinya dilakukan. Ia mempertanyakan, siapa pemilik ide tersebut.Â
Liat video @NadiemMakarim ttg @gojekindonesia .. ga begitu cara bersaingnya? who's idea is that?
— Reza Idris (@rezdharana) April 22, 2016
@dcr4v3r boleh engga nya sih kurang tau, cuma ya ga etis aja bikin stigma seakan yang di seberang ga nasionalis
— Iqbal Hariadi (@iqbalhape) April 21, 2016
(Tin/Isk)