Sukses

Tinggalkan Bisnis Ponsel, BlackBerry Akan Fokus ke Software

Setelah penjualan smartphone-nya menurun tajam dibandingkan beberapa tahun lalu, BlackBerry berencana fokus pada bisnis software.

Liputan6.com, Jakarta - Head of Global Sales BlackBerry Carl Wiese mengungkap bahwa perusahaan akan fokus mengembangkan perangkat lunak dan meninggalkan bisnis hardware-nya yang kian menurun.

Informasi yang Tekno Liputan6.com kutip dari laman Android Headlines, Selasa (26/4/2016), dalam sebuah wawancara, Wiese memberikan penjelasan bahwa perusahaan asal Kanada itu telah memperoleh capaian yang cukup baik dalam mengembangkan perangkat lunak.

Terutama setelah BlackBerry mengakuisisi Good Technology pada 2015 lalu dengan nilai US$ 425 juta atau Rp 6 triliun.

Penekanan untuk fokus ke bisnis software ini dilakukan meski BlackBerry masih memiliki cadangan operasional kas senilai US$ 2,6 miliar atau Rp 34 triliun.

Ia melanjutkan, tujuan jangka pendek perusahaan adalah menggabungkan layanan BlackBerry dengan layanan milik Good Tech melalui integrasi jaringan untuk keperluan mengembangkan perangkat lunak.

Rencana utama untuk fokus pada pengembangan software adalah dengan mengembangkan Good Dynamic Software Development Kit (SDK) yang telah mendukung perusahaan seperti Microsoft Dynamics.

Selanjutnya, secara bertahap, BlackBerry juga akan menawarkan jasa dari sistem keamanan dokumen WatchDog serta solusi AdHoc. Keduanya adalah perusahaan yang sebelumnya sudah diakuisisi oleh BlackBerry.

Meski akan fokus pada bisnis software, Wiese tidak spesifik mengatakan perusahaannya akan menghentikan bisnis smartphone dalam waktu dekat.

Sementara itu, seorang analis TD Securites Daniel Chan mengklaim bahwa BlackBerry sedang bersiap-siap untuk keluar dari bisnis hardware (smartphone).

Namun, perlu diingat bahwa BlackBerry juga berencana meluncurkan ponsel andalan Priv yang masih memiliki pemasukan yang cukup tinggi.

Dikatakan, BlackBerry telah memperoleh nilai penjualan global sebesar US$ 548 juta atau Rp 7,2 triliun pada kuartal ketiga 2015 setelah beberapa tahun lalu smartphone BlackBerry dianggap tidak laku.

(Tin/Cas)

Â