Liputan6.com, Jakarta - Untuk pertama kalinya, Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) dan Perkumpulan  Indonesia FTTH Association (IFA) menyelenggarakan Indonesia FTTH Association Summit di Ritz Carlton, Jakarta.
Acara yang didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan PT Huawei Tech Investment ini merupakan batu loncatan penting dalam pengembangan ekosistem pita lebar tetap (fixed broadband) di Indonesia.
Melalui acara ini, 17 anggota baru IFAÂ berkomitmen untuk mendukung Agenda Ekonomi Digital Indonesia. Nantinya, dukungan itu berupa pembangunan ultra-broadband, mempercepat transformasi layanan digital TIK, dan meningkatkan kerja sama rantai industri.
FFTH sendiri merupakan teknologi yang sudah matang dan terstandarisasi, dan menjadi tulang punggung teknologi fixed broadband. Untuk itu, melalui teknologi FFTH diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga
Bersamaan dengan acara tersebut, para anggota juga melakukan deklarasi IFA. Menurut Ketua IFA Suwanto Gunawan, deklarasi ini merupakan bentuk kerja sama antar penyedia layanan fixed broadband.
"Dalam bisnis memang sulit untuk bekerja sama, tapi ini merupakan awal sinergi dari beberapa penyedia layanan di Indonesia," ujar Gunawan, saat konferensi pers deklarasi IFA, di Jakarta (27/4/2016).
Ketua Umum Mastel Kristiono yang juga hadir dalam acara tersebut menuturkan, deklarasi ini dilakukan sekaligus untuk mendorong tercapainya target pemerintah 2019 mengenai fixed broadband.
Di sisi lain, Huawei sebagai salah satu pihak yang mendukung deklarasi ini juga menuturkan siap membantu pengembangan fixed broadband di Indonesia.
Menurut CTO Fixed Network Huawei Daniel Tang, pihaknya akan menghadirkan beberapa ahli dari negara lain untuk berbagi pengalamannya. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi salah satu contoh sukses pengembangan teknologi fixed broadband.
Sebagai tindak lanjut dari deklarasi ini, Gunawan menuturkan IFA akan membuat tiga kelompok kerja, meliputi regulasi, standar teknologi yang menjadi acuan, dan bisnis model yang cocok diterapkan di Indonesia.
(Dam/Isk)