Liputan6.com, Jakarta - Lalu lintas (traffic) internet tersibuk di Indonesia rupanya terjadi pada jam kerja dan jam kuliah, tepatnya pada pukul 13.00.
Co-founder sekaligus Chief Financial Officer (CFO) Bukalapak Muhammad Fajrin Rasyid mengungkapkan, berdasarkan data itu disimpulkan bahwa banyak orang Indonesia yang bekerja sambil belanja online.
"Berdasarkan data ini bisa diambil tindakan," kata pria yang akrab disapa Fajrin saat menjadi pembicara INSPIRATO di SCTV Hall, Jakarta, 10 Mei 2016.
Baca Juga
Lebih lanjut Fajrin menjelaskan, data ini digunakan Bukalapak sebagai kesempatan untuk mengirimkan email promosi.
Misalnya, jika traffic internet ramai pada pukul 13.00, email promosi dikirimkan pukul 10.00 hingga 12.00. "Jadi, ketika pengguna internet membaca dan selesai makan siang, mereka kembali ke meja kerja dan berbelanja," ujar pria lulusan Kampus ITB itu.
Berbeda dengan traffic internet di Jepang, Fajrin mengungkap, traffic internet tertinggi di negeri Sakura itu berlangsung pada malam hari.
"Kalau saya e-Commerce Jepang, saya akan mengirimkan email promosi di malam hari," tutur Fajrin menambahkan.
Pada tahun 2016 ini, menurut Fajrin, Bukalapak telah memiliki 5 juta orang pengguna. Jumlah tersebut naik drastis dibandingkan tahun lalu. Data yang dipaparkan Fajrin menunjukkan pada 2015 jumlah pengguna Bukalapak baru mencapai 1,6 juta orang.
Menurut Fajrin, hal ini dapat diraih salah satunya karena Bukalapak menerapkan komunitas Pelapak. "Bukalapak memiliki komunitas penjual yang sangat banyak. Total ada 50 kota yang sudah terbentuk komunitas penjual," kata Fajrin.
Para pelaku UKM ini, menurut Fajrin, merupakan orang-orang yang mau berkembang, saling berbagi, dan tumbuh bersama. Ia mengatakan, komunitas ini juga dirawat oleh Bukalapak, bahkan ada tim khusus yang mengurus komunitas. "Kami juga mendapatkan feedback dan memberi update jika ada hal-hal baru di Bukalapak," ujar Fajrin.
Fajrin juga bertutur, agar pengguna betah, Bukalapak memastikan untuk menghadirkan tampilan yang disukai pengguna, pihaknya menerapkan A/B testing.
"Dari kata-kata yang mendorong untuk diklik, misalnya Buy Now dengan warna merah, bagaimana hasilnya. Kemudian hadirkan juga Buy Now warna hijau. Kemudian dilihat, respons pengguna bagaimana. Kalau banyak diklik merah, kami gunakan warna merah," tutur Fajrin.Â
(Tin/Why)