Sukses

Lagi, Nokia Akan Rumahkan 1.300 Karyawan

Nokia mengkonfirmasi bahwa perusahaan akan merumahkan 1.300 karyawan di Finlandia, kenapa?

Liputan6.com, Espoo - Baru beberapa hari bisnis feature phone Nokia dijual ke Foxconn, perusahaan mengkonfirmasi akan merumahkan lebih dari 1.000 karyawannya di Finlandia.

Kabarnya, karyawan yang di-PHK berasal dari semua unit bisnisnya, terbanyak adalah mereka yang bekerja di kantor pusat Finlandia di Espoo.

Selain itu, kabar yang beredar menyebut bahwa pemutusan hubungan kerja akan dilakukan sekitar musim panas tahun ini.

Dilansir Tech Crunch, Senin (23/5/2016), Nokia mengumumkan hal ini Sabtu malam, 20 Mei 2016 waktu setempat. Hal ini disampaikan secara terbatas di negara asalnya saja.

Disebutkan, PHK terhadap sekitar 1.300 karyawan di Finlandia ini merupakan kesimpulan dari proses panjang yang sudah dilakukan sejak April 2015.

PHK ini dikabarkan sebagai bagian dari proses pemangkasan biaya yang lebih luas. Beredar kabar bahwa 15.000 karyawan global bakal dirumahkan saat Nokia di-merger dengan Alcatel Lucent.

Selain itu, pemangkasan karyawan besar-besaran yang rencananya dilakukan pada 2018 dilaporkan bisa menghemat dana perusahaan sebesar US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 13,6 triliun.
Apa sih yang bikin ponsel Nokia jadul dirindukan banyak orang? Padahal, spesifikasi dan fiturnya sangat sederhana.
Sebelumnya, Nokia tak pernah mau berkomentar mengenai PHK yang dilakukannya. Mereka bahkan mengkonfirmasi laba kuartal terakhir yang telah jauh menurun. Tech Crunch menyebut, sejak Desember 2015 hingga sekarang, perusahaan mempekerjakan hampir 56.000 karyawan.

Perusahaan menilai, PHK merupakan langkah yang sulit tapi tak bisa dielakkan--mengingat Nokia bukan lagi perusahaan pembuat ponsel--kini fokus pada teknologi jaringan serta pengembangan, dan lisensi, sesuai dengan sejarah bisnisnya.

Diberitakan minggu ini, Microsoft menjual bisnis ponsel Nokia kepada HMD dan Foxconn FIH Mobile.

Nokia menandatangi sebuah kesepakatan lisensi dengan HMD mengenai merek dan aset hak kekayaan intelektual. Karenanya, jika Nokia menggeser bisnisnya maka tak perlu lagi tenaga kerja sebanyak dulu. 

(Tin/Isk)