Sukses

Soal Penetapan Tarif Interkoneksi, ATSI Serahkan ke Operator

Hal ini karena para anggota ATSI tidak satu pandangan dalam menetapkan tarif interkoneksi.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mengaku tak ikut campur dalam menetapkan tarif layanan interkoneksi. 

Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum ATSI, Alexander Rusli, usai perhelatan Selular Award 2016, Rabu (25/5/2016) kemarin. 

"Kami (ATSI) tak bisa berkomentar soal itu (interkoneksi) karena para anggotanya tak satu pandangan. Pertemuan kemarin adalah kesepakatan operator masing-masing," ujarnya kepada tim Tekno Liputan6.com di Jakarta. 

Sebelumnya, pemerintah dan para operator seluler telah sepakat tarif interkoneksi turun sekitar 26 persen.

Sekadar informasi, layanan interkoneksi merupakan layanan panggilan atau pesan singkat antaroperator (off-net). Pengguna akan dikenakan tarif off-net apabila layanan lintas jaringan terjadi.

Sedangkan, biaya interkoneksi merupakan biaya yang dikeluarkan operator untuk melakukan panggilan ke operator lain. Biaya interkoneksi menjadi salah satu komponen dalam menentukan tarif interkoneksi.

Lebih lanjut, sebagai CEO Indosat Ooredoo, Alexander juga mengharapkan adanya penurunan tarif kembali. "Indosat tentu berharap turunya bisa sampai 40-45 persen. Itu baru kesepakatan, peraturan menterinya belum ada," tambahnya.

Ia juga berharap agar penentuan tarif ini dapat memakai metode asimetris, yakni memihak pada operator kecil agar setara. Sebelumnya, formula tarif interkoneksi ditentukan dengan menggunakan metode simetris atau dibebankan sama rata ke semua operator. 

Kendati demikian, ia mengaku cukup puas dengan kesepakatan penurunan 26 persen dibandingkan sebelumnya. Penurunan ini, menurut Alexander, merupakan imbauan dari Menteri Komunikasi dan Informatika agar perbandingan on-net dan off-net bisa sampai 3,5 kali.

(Cas/Isk)