Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan robot di beberapa perusahaan teknologi telah lama diperkirakan akan berimbas pada pekerja manusia, seperti yang terjadi di Foxconn baru-baru ini. Perusahaan itu disebut telah memecat sekitar 60 ribu karyawan untuk digantikan pekerja robot.
Dikutip dari laman BBC, Kamis (26/5/2016), Foxconn Technology Group memastikan bahwa pihaknya memang telah melakukan otomisasi pekerjaan di beberapa operasi manufaktur miliknya. Namun, Foxconn membantah perubahan ini dapat berakibat pada pemutusan kerja jangka panjang.
Perusahan asal Tiongkok itu menuturkan pihaknya kini telah memanfaatkan teknologi robotik dan inovasi lainnya untuk menggantikan tugas berulang yang biasanya dilakukan oleh pegawai manusia.
Dengan demikian, pegawai dapat fokus pada elemen nilai tambah lainnya dalam proses manufaktur, seperti penelitian dan pengembangan, process control, dan quallity control.
"Kami akan terus memanfaatkan otomatisasi dan tenaga manusia dalam operasi manufaktur, dan kami berharap dapat mempertahankan tenaga kerja yang cukup signifikan di Tiongkok," ujar Foxconn dalam pernyataannya beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Dalam beberapa tahun terakhir banyak perusahaan Tiongkok mulai berinvestasi pada proses produksi yang melibatkan robot. Sejak September 2014, setidaknya ada 505 pabrik yang siap menggantikan pekerja manusia dengan robot.
Di sisi lain, keputusan ini jelas jadi peringatan bahwa robot dapat mengancam kelangsungan pasar pekerja saat ini.
Seorang konsultan dari Deloitte yang bekerja sama dengan Oxford University menuturkan setidaknya ada 35 persen pekerjaan yang ada saat ini akan terancam digantikan robot dalam 20 tahun mendatang.
Bahkan, mantan eksekutif McDonald Ed Rensi pernah menuturkan akan memakai pekerja robot untuk melakukan tugas yang ada saat ini. Menurutnya, lebih murah membeli lengan robot ketimbang menyewa pegawai untuk membuat sekantong kentang goreng.
(Dam/Cas)
Advertisement