Liputan6.com, Jakarta - Seperti diketahui, pada gelaran I/O 2016 lalu Google telah memamerkan kemampuan asisten virtual cerdas terbarunya, yakni Google Assistant.
Kehadiran aplikasi Allo dan Duo--yang juga dibekali kecerdasan buatan--disebut makin menegaskan keseriusan perusahaan itu menggarap kecerdasan buatan.
Kali ini, Google juga disebut akan membuat sebuah chatbot yang dapat diajak berbicara. Dikutip dari laman The Verge, Senin (30/5/2016), dalam proyek ini Google menggandeng seorang penemu kenamaan Ray Kurzweil. Kurzweil sendiri telah bergabung dengan Google sejak 2012 sebagai direktur di bidang rekayasa pengenalan bahasa.
Dalam sebuah pernyataannya beberapa waktu lalu, Kurzweil mengungkapkan dirinya dan tim Google tengah mempersiapkan beberapa chatbot yang siap dirilis pada tahun ini.
Salah satu chatbot, Kurzweil mengatakan, akan diberi nama Danielle. Nama tersebut merupakan karakter yang muncul pada novel buatan Kurzweil dengan judul sama.
Baca Juga
Kurzweil mengatakan siapapun bisa menciptakan chatbot unik berdasarkan karakternya dengan membiarkan bot tersebut menyerap informasi dari tulisan pembuatnya, misalnya dari blog.
Proses itu dilakukan untuk memungkinkan bot mengadopsi gaya, kepribadian, dan ide dari penciptanya. Namun, kemampuan sebuah chatbot untuk dijadikan sebagai rekan berbicara yang sebenarnya masih harus menunggu hingga 2029.
Kurzweil memperkirakan saat itu, kecerdasan buatan sudah memiliki kemampuan berbahasa seperti manusia dan mampu melewati tes Turing. Dengan berhasil melewati tes Turing, sebuah kecerdasan buatan sudah dapat dibedakan dari orang sebenarnya, meskipun dilakukan dalam kondisi blind test.
Google sendiri memang diketahui sangat menaruh perhatian pada pengembangan kecerdasan buatan. Tahun lalu, raksasa mesin pencari itu memperkenalkan sebuah kecerdasan buatan yang dapat meningkatkan kemampuan sistem mesin pencarinya bernama RankBrain.
Sebelumnya, kecerdasan buatan Google Deep Deep Mind berhasil mengalahkan juara dunia Go (permainan papan asal Jepang) Lee Sedol. Kemenangan itu disebut menjadi tonggak penting dalam penelitian kecerdasan buatan, sebab Go merupakan permainan sederhana yang sulit dipahami oleh komputer.
(Dam/Ysl)
Advertisement