Liputan6.com, Jakarta - Untuk mewujudkan smartphone yang dibutuhkan masyarakat Indonesia, Advan menggandeng Pakar Telekomunikasi Hasnul Suhaimi dan Mars Research Spesialist untuk melakukan penelitian.
Komposisi responden penelitian adalah pria dan wanita dengan proporsi masing-masing 50 persen. Target objek riset kurang lebih sekitar 500 orang, berusia 18-35 tahun dari kelompok target socioeconomic status (SES) A dan B yang tersebar di wilayah Jabodetabek.
Metodologi yang digunakan adalah deskriptif (quantitative), dilakukan dengan questioner yang terstruktur dan wawancara dilakukan secara tatap muka (face to face interview).
Riset tersebut berlangsung dari pertengahan Mei 2016 dan diharapkan selesai pada awal Juni 2016. Obyek dan materi riset adalah tentang smartphone seperti apa yang dibutuhkan konsumen Tanah Air.
Materi pertanyaan riset terkait prioritas fitur yang banyak dibutuhkan konsumen adalah kualitas kamera, resolusi kamera, ketahanan dan kapasitas baterai, kapasitas memori hingga kinerja dapur pacu.
Selain itu, materi pertanyaan pendukung lainnya seperti harga, spesifikasi ukuran layar, konektivitas hingga menggali informasi terkait jangka panjang penggunaan handset dan ketertarikan pada brand lokal.
Baca Juga
Andy Gusena, selaku Brand Director Advan mengatakan, ”Dengan melibatkan MARS Research Spesialist dan Pakar Telekomunikasi Hasnul Suhaimi, Advan bisa menghadirkan produk yang benar-benar mewakili kebutuhan konsumen Tanah Air.”
“Smartphone tersebut diharapkan akan menjadi produk yang digemari karena pembuatannya benar-benar melibatkan keinginan konsumen tanah air,” ujar Andy Gusena melalui keterangan tertulisnya, Rabu (1/6/2016).
Sementara itu, Hasnul Suhaimi mengapresiasi pelibatan pihaknya dalam proyek tersebut, dan menyampaikan bahwa Advan benar-benar ingin memahami keinginan pelanggannya.
“Ini yang bisa membuat Advan menjadi besar dan beda dengan brand nasional lainnya. Dengan keterlibatan konsumen dalam proses pembuatan produk, Advan sudah selangkah lebih maju dibanding dengan brand lainnya,” ungkap Hasnul.
Riset Online
Selain melakukan riset, Advan secara independen telah melakukan riset online tahap pertama sebagai uji coba persiapan.
Gambaran singkat sementara dari data yang dikelola adalah 35,34 persen dari 133 orang mengganti smartphone setelah lebih dari 2 tahun, dengan alasan mayoritas karena rusak dan bosan.
Selain itu, data lain terkait urutan alasan dalam memilih smartphone, responden cenderung memilih fitur dengan jumlah persentase 44,03 persen, alasan harga lebih banyak dipilih sebanyak 31,34 persen, dan alasan brand dengan angka persentase 14,93 persen.
“Analisa data kualitatif , sementara dapat disimpulkan ada yang beranggapan smartphone lokal sudah baik, namun tidak sedikit yang beranggapan masih bisa ditingkatkan baik dari kualitas maupun persepsi agar dapat bersaing dengan merek internasional,” ucap Andy Gusena.
Sementara Tjandra Lianto, Direktur Marketing Advan mengatakan, proyek prestisius yang melibatkan keinginan konsumen Tanah Air akan menjadi komitmen Advan.
“Sebagai brand nasional, kami harus mengetahui karakteristik dan kebutuhan konsumen Indonesia. Mereka tidak bisa dipaksakan untuk menelan semua spesifikasi smartphone,” imbuh Tjandra.
Lebih lanjut Tjandra mengatakan, “Tidak semua spesifikasi tinggi, harga mahal laku di pasaran atau spesifikasi tinggi dengan harga murah belum tentu juga laku. Begitu juga sebaliknya, spesifikasi rendah dan harga rendah, tidak menjamin produk tersebut laku.”
Hasil survei independen yang dilaksanakan juga menjadi panduan untuk mendukung kesuksesan proyek prestisius Advan.
Bagi Anda yang ingin memberi masukan tentang smartphone yang dibutuhkan masyarakat Indonesia, silahkan kunjungi tautan ini.
(Isk/Cas)
Advertisement