Liputan6.com, Jakarta - Sekolah Dasar Gemala Ananda bersama ICT Watch, Sejiwa (Yayasan), dan Think.Web, baru saja menggelar Seminar Literasi Digital bertemakan Bersama Anak Berteman dengan Dunia Online.
Mengutip konsep literasi digital yang dipublikasikan dalam Framework for 21st Century Learning, Jasmin Jasin selaku Kepala Sekolah SD Gemala Ananda, menegaskan tentang pentingnya pendidik dan orangtua membekali anak dengan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam kehidupan sehari-hari, serta memahami hak dan kewajibannya ketika online.
“Anak perlu mengenali manfaat dan resiko atas penggunaan TIK, menyadari implikasi dari tindakannya di dunia digital baik secara etik ataupun terhadap dirinya sendiri. Dengan demikan anak akan memiliki keberdayaan untuk menjadi pelaku yang cerdas dan efektif di dunia digital,” ujar Jasmin melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (4/6/2016) di Jakarta.
Baca Juga
Hal ini selaras dengan salah satu butir kesepakatan dalam World Summit on the Information Society (WSIS), yang mengingatkan tiap negara untuk membangun kebijakan dalam negeri agar TIK dapat terintegrasi ke dalam pendidikan, termasuk dalam kurikulum serta pelatihan guru guna mendukung konsep pembelajaran seumur hidup.
Sementara Ramya Prajna S., praktisi digital dari Think.Web menggarisbawahi pentingnya orangtua, guru, dan orang dewasa lainnya menggunakan teknologi digital dengan baik, terutama di lingkungan dengan anak- anak.
Orang dewasa sering kali tidak menyadari bahwa sikap dan perilakunya ketika online akan membuat lingkungannya menjadi tidak ramah anak.
Selain itu orangtua, guru, dan orang dewasa juga perlu memahami dunia digital dari sudut pandang anak untuk dapat mengerti bagaimana mereka bersikap di dunia online.
Dalam kesempatan yang sama, Diena Haryana, pendidik, praktisi perlindungan anak, dan pendiri Yayasan Sejiwa, menegaskan bahwa orangtua harus belajar agar dapat menggunakan alat komunikasi digital serta memahami segala kebaikan dan kerugiannya bagi anak.
“Kemudian orangtua harus siap dan mampu mengarahkan dan mendampingi anak ketika mereka menggunakan alat komunikasi digital tersebut. Dan yang terpenting, orangtua harus memprioritasan keluarga di atas kepentingan yang lain,” papar Diena.
Hanya dengan demikian, tegas Diena, akan tercipta suasana yang ceria dan nyaman untuk anak di dalam rumah, sehingga anak tak lantas mencari pelarian di luar rumah ketika sedang galau.
Advertisement
Donny B.U., Direktur Eksekutif ICT Watch pun berharap agar pemangku kepentingan majemuk (multistakeholder), dalam hal ini pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, komunitas teknis dan sektor privat/swasta, dapat secara bersama mewujudkan adanya materi literasi digital yang dapat diadopsi dan disampaikan oleh sekolah-sekolah kepada para muridnya.
“Kami sejak 2002 telah menginisiasi program edukasi dan kampanye Internet Sehat, namun hal tersebut jauh dari memadai mengingat pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia yang luar biasa. Untuk itulah kerja sama sinergis multistakeholder adalah kunci pengembangan potensi anak bangsa dalam memanfaatkan TIK agar mampu bersaing secara global,” tandas Donny.
Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama dengan Pusat Kajian Komunikasi (Puskakom) Universitas Indonesia, total jumlah pengguna Internet di Indonesia per awal 2015 adalah 88.1 juta orang. 80% dari mereka digital native (generasi digital) yaitu mereka yang lahir pada tahun 1980 dan sesudahnya.
Seminar ini sendiri didukung pula oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Indonesia Child Online Protection (ID-COP), dan Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia.
Turut dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sebagai narasumber terkait (kebijakan) literasi digital di Indonesia
(Isk/Cas)