Liputan6.com, Singapura - Microsoft mengumumkan Malware Infection Index 2016, sebuah studi yang mengidentifikasi serangan malware di negara-negara Asia Pasifik. Disebutkan, ada tiga jenis malware yang paling banyak menyerang komputer di kawasan ini, yakni Gamarue, Skeeyah, dan Peals.
Menurut temuan yang didasari oleh data dari Microsoft Malware Protection Center (MMPC) dan Microsoft Security Intelligence Report ini, Gamarue merupakan worm jahat yang umumnya didistribusikan melalui perangkat yang tereskploitasi dan rekayasa sosial.
Adapun Skeeyah dan Peals merupakan jenis trojan yang biasanya tak terlihat sebagai file membahayakan dan meyakinkan pengguna komputer untuk memasangnya.
"Ketiga malware ini dapat mencuri informasi pribadi Anda, mengunduh malware lain, hingga memberikan akses kepada hacker untuk menggunakan komputer Anda," ujar Regional Director, Intellectual Property & Digital Crimes Unit Microsoft Asia Keshav Dhakad saat ditemui di acara Microsoft Cyber Security di Kantor Microsoft Asia, Singapura, Selasa (7/6/2016) kemarin.
Lebih lanjut, ia memberi penjelasan Gamarue sangat lazim ditemui di kawasan ASEAN. Malware ini paling umum ditemui di seluruh dunia pada 2015. Bahkan, pada kuartal keempat 2015 di Indonesia Gamarue ditemukan pada lebih dari 20 persen perangkat komputer.
Setelah ditelaah, Gamarue rupanya mencuri informasi dari komputer lokal dan terkomunikasi dengan server command-and-control yang dikendalikan hacker.
Selain di Indonesia, Gamarue juga lazim menyerang komputer di Mongolia. Berdasarkan data yang sama, disebutkan bahwa 35 dari 1.000 komputer yang menjalankan Microsoft Software Removal Tool (MSRT) pada 2015 terinfeksi Gamarue.
Sementara Trojan Peals dan Skeeyah dideteksi menghadirkan berbagai ancaman. Dikatakan oleh Keshav, temuan Trojan meningkat 57 persen dari kuartal kedua 2015 ke kuartal ketiga 2015. Bahkan Peals dan Skeeyah merupakan malware tertinggi yang ditemukan hingga akhir tahun 2015.
Berdasarkan pengamatan, baik Skeeyah maupun Peals, dapat mengunduh dan memasang malware lainnya. Dengan begitu, peretas dapat menggunakan komputer Anda untuk penipuan, berbagi informasi seperti username dan riwayat browsing. Parahnya, malware ini bisa memberikan akses PC Anda kepada hacker secara jauh.
Lalu, bagaimana cara sebuah perusahaan atau organisasi untuk menghindari serangan malware? Keshav memberikan tips, pertama pastikan untuk selalu memperbarui perangkat lunak dengan versi terkini dan genuine (asli). Kedua, gunakan solusi anti-malware yang kuat dan dapat dipercaya.
Selanjutnya, seluruh pengguna komputer harus mempraktikkan internet yang bersih seperti logout kata sandi (password), mengosongkan history (riwayat), dan semacamnya. Keempat, perusahaan perlu melakukan revisi dan audit untuk memastikan keamanan siber baik teknologi milik sendiri maupun milik vendor.
Kemudian, upaya lain adalah dengan melakukan manajemen data, enkripsi, dan autentifikasi. Terakhir, lakukan transformasi digital, salah satunya penyimpanan data dilakukan dengan cloud guna melindungi keamanan data.
(Tin/Why)
3 Malware Ini Paling Banyak Serang Pengguna Komputer di Indonesia
Microsoft mengumumkan Malware Infection Index 2016, sebuah studi yang mengidentifikasi serangan malware di negara-negara Asia Pasifik.
Advertisement