Liputan6.com, California - Mars menjadi kandidat planet layak huni setelah Bumi. Akan tetapi, teori tersebut belum bisa dipastikan akurat, mengingat sampai saat ini belum ada satu pun yang bisa membuktikan Mars layak untuk dihuni.
Benar atau salah, semua masih menjadi tanda tanya besar. NASA masih mencari 'titik terang' apakah planet yang memiliki bulan Phobos dan Deimos ini akan bisa dihuni umat manusia di masa mendatang.
Padahal, beberapa waktu lalu Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut menemukan kandungan air yang terdapat di dalam permukaan Planet Merah tersebut. Kontan, spekulasi bahwa Mars layak ditinggali manusia pun mencuat.
Baca Juga
Namun sayang, tampaknya teori tinggal di Planet Merah kini hanya ibarat mimpi di siang bolong. Todd Anderson, ilmuwan dari Institute of Environmental and Human Health, mengatakan bahwa permukaan Mars memiliki zat kimia perklorat, yang mana terbentuk dari garam.
Zat tersebut diyakini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena dapat menyebabkan hipotiorid dan membentuk anemia.
"Tinggal di Mars itu cuma mimpi. Inilah (adanya kandungan perklorat, red.) yang menyebabkan planet tersebut tak mungkin dihuni umat manusia," tutur Anderson menjelaskan.
Perklorat awalnya ditemukan pesawat nirawak NASA--Phoenix--pada 2009 lalu. Para ilmuwan NASA juga menyimpulkan bahwa kandungan perklorat begitu banyak di Tanah Mars dan lebih 'berlimpah; ketimbang kandungan pasir sebanyak 10 ribu kali lipat.
Dengan adanya perklorat, air tidak akan bisa muncul di permukaan planet. "Air muncul dari atmosfer dan didapat dari es, atau menguap di atas permukaan. Penguraian perklorat sebetulnya bisa memungkinkan air mengalir ke danau atau sungai," pungkas Anderson.
(Jek/Ysl)