Liputan6.com, Jakarta - Jika kamu sedang menunggu seorang teman, rekan kerja atau bahkan sedang berada dalam antrian, berapa lama perkirakan waktu yang dibutuhkan sebelum kamu mengecek smartphone, apakah dua menit atau tiga menit?
Sebuah penelitian, yang dilakukan atas nama Kaspersky Lab oleh Universities of Würzburg dan Nottingham Trent, menemukan bahwa peserta penelitian yang berada di ruang tunggu sendirian rata-rata hanya bertahan selama 44 detik sebelum menyentuh smartphone mereka.
Cowok bahkan tidak mampu bertahan lebih dari setengah waktu ini, rata-rata hanya mampu menunggu selama 21 detik. Sementara cewek, mampu menunggu selama 57 detik.
Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai kedekatan kita terhadap perangkat digital, setelah sepuluh menit para peserta yang terlibat dalam penelitian ini ditanya berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum mereka mengecek smartphone.
Kebanyakan dari peserta mengatakan antara dua dan tiga menit, menunjukkan adanya sebuah perbedaan yang jelas antara persepsi dan perilaku aktual.
Baca Juga
Mengomentari temuan ini, Jens Binder dari University of Nottingham Trent mengatakan, "Penelitian menunjukkan bahwa pada kenyataannya kita terikat jauh lebih dalam lagi pada smartphone, dibandingkan yang kita sadari, dan telah menjadi sifat kedua kita untuk beralih ke smartphone ketika ditinggal sendirian bersama perangkat digital tersebut."
Advertisement
"Kita tidak bisa lagi hanya menunggu. Kecepatan informasi dan interaksi yang disampaikan melalui perangkat digital ini membuatnya lebih dari sekadar teknologi, tetapi sudah seperti pendamping digital dan koneksi bagi kita ke dunia luar," sambungnya melalui keterangan resmi yang kami terima, Minggu (10/7/2016).
Kedua universitas itu juga melakukan penelitian tambahan yang menunjukkan bahwa dorongan untuk memeriksa smartphone sebagai akibat dari rasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial dan/atau takut tidak eksis atau fear of missing out (FoMo).
Tingkat FoMo Lebih Tinggi
Tingkat FoMo Lebih TinggiÂ
Dalam survei yang menyertai penelitian ini, para peserta yang lebih sering menggunakan smartphone mengaku bahwa mereka memiliki tingkat FoMo yang lebih tinggi.
"Semakin sering peserta menggunakan smartphone, maka mereka kian merasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial ketika tidak mengakses perangkat digital tersebut. Sulit mengatakan mana di antara keduanya yang menyebabkan hal tersebut," ujar Astrid Carolus dari University of Würzburg.Â
Penelitian ini juga menemukan bahwa semakin sering kita menggunakan smartphone, maka kita menjadi lebih stres. Namun yang mengejutkan, ketika peserta ditanya mengenai tingkat kebahagiaan mereka secara keseluruhan, tidak ditemukan perbedaan antara pengguna yang sering dan jarang menggunakan smartphone.
Jadi, stres yang disebabkan oleh penggunaan smartphone tampaknya tidak memiliki pengaruh besar pada kesejahteraan kita secara umum.
Selama waktu tunggu 10 menit, rata-rata peserta menggunakan smartphone mereka hampir setengah dari waktu tersebut (lima menit).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Kaspersky Lab menunjukkan bahwa saat ini kita sangat bergantung pada perangkat mobile sebagai perpanjangan dari otak kita, menggunakannya sebagai alat sehingga kita tidak perlu mengingat fakta lagi.
Mayoritas peserta, misalnya, saat ini tidak bisa mengingat nomor telepon pasangan mereka, tetapi masih bisa mengingat nomer telepon rumah ketika mereka berumur sepuluh tahun.
"Smartphone merupakan bagian integral dari kehidupan kita saat ini, tetapi kita juga harus ingat bahwa masih banyak orang yang memandang perangkat digital ini secara cuma-cuma. Memiliki smartphone di mana saja dan sepanjang waktu sering membuat kita lupa betapa berharganya perangkat ini, sebab banyaknya kenangan pribadi dan data-data lain yang mereka simpan," tutur David Emm, senior security researcher di Kaspersky Lab.
David menyebut, perangkat digital ini tidak hanya berharga dan penting bagi kita, tetapi juga bagi penjahat. Jika informasi pribadi berhasil dikompromikan dengan cara apapun, baik itu melalui pencurian atau serangan malware, maka kita berisiko kehilangan koneksi dengan teman-teman dan sumber-sumber informasi.
(Isk/Why)
Advertisement