Sukses

Soal Tender Palapa Ring Timur, Grup Sinar Mas Kalahkan Indosat-XL

Konsorsium Grup Sinar Mas berhasil mengalahkan Konsorsium XL-Indosat-Alita senilai 85,98 dengan finansial total pengajuan Rp 14 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Komitmen investor asing di sektor telekomunikasi dipertanyakan dalam membangun jaringan backbone di Indonesia seiring kegagalan Konsorsium Indosat-Alita-XL Axiata dalam tender Palapa Ring Paket Timur, baru-baru ini.

Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional Palapa Ring Paket Timur telah mengumumkan Konsorsium Moratelindo-IBS-Smart Telecom sebagai pememang dari tender tersebut.

Konsorsium yang anggotanya terafiliasi dengan Grup Sinar Mas ini berhasil mengalahkan Konsorsium Indosat-Alita-XL Axiata senilai 85,98 dengan finansial total pengajuan Rp 14 triliun.

Menurut Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala, secara proposal proyek yang menjangkau wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua (sampai dengan pedalaman Papua) dengan total panjang kabel serat optik sekitar 6.300 kilometer itu lumayan atraktif.

“Kalkulasinya butuh belanja modal Rp 5 triliun dengan perhitungan skema availability payment dalam kurun waktu 15 tahun, valuasi proyek bisa mencapai Rp 14 triliun. Soal pendanaan kalau melihat paket barat dan tengah, itu dibantu mencari pinjaman," ujar Kamilov di Jakarta. 

"Jadi, kalau saya lihat ini yang kurang komitmen investasi dari pemegang saham di konsorsium itu untuk bertarung membangun jaringan di Indonesia bagian timur,” sambungnya.

Seperti diketahui, Axiata dari Malaysia memiliki 66,4% saham XL dan Ooredoo menguasai sekitar 65% saham Indosat.

Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB M Ridwan Effendi menyayangkan konsorsium Indosat-Alita-XL Axiata tak bertarung hingga titik darah akhir dengan tak lengkapnya syarat administrasi, sehingga didiskualifikasi oleh panitia lelang.

“Harusnya mereka memperbaiki kegagalan di tender desa berdering atau gagalnya konsorsium Palapa Ring beberapa tahun lalu. Buktikan dong komitmen selama ini yang ingin ikut memotong kesenjangan informasi di NKRI,” imbuhnya.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Nasional Telekomunikasi (Apnatel) Triana Mulyatsa menjelaskan, dalam menggelar jaringan ke pelanggan tak hanya harus kuat di sisi akses, tetapi juga backbone dan transmisi.

“Kondisi geografis Indonesia di bagian timur memang penuh tantangan, dan itu menjadi ujian bagi komitmen operator untuk memenuhi lisensi nasional yang dimilikinya. Kalau ada operator yang bangun di Indonesia bagian timur, itu harusnya diapresiasi pemerintah,” tukasnya.

Dalam catatan, saat ini Telkom grup membentangkan backbone serat optik di bumi nusantara sepanjang 81.831 Km dari Sabang hingga Merauke.

XL Axiata memiliki serat optik tidak kurang dari 40.000 km, yang meliputi hampir seluruh wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi, dan Kalimantan. 

Sedangkan Indosat untuk serat optik  memiliki dan mengoperasikan berbagai sistem kabel laut antara lain Jakabare (Jakarta – Kalimantan – Batam – Singapore), SMW3 (South East Asia - Middle East - West Europe), JaSutera (Jawa – Sumatera), Jambi-Batam-Singapore, AAG (Asia – America Gateway), Javali (Jawa – Bali), Jakasusi (Jawa – Kalimantan – Sulawesi), Jakarta – Surabaya.

Indosat juga memiliki jaringan terestrial yang menghubungkan sistem komunikasi dari  Surabaya ke  Madura, backbone pulau Jawa, backbone pulau Sumatera, backbone Kalimantan (Banjarmasin – Balikpapan – Samarinda, Banjarmasin – Palangkaraya – Sampit) dan backbone Sulawesi (Makasar – Palu).

(Isk/Cas)