Liputan6.com, Surakarta - Indonesia masih kesulitan dalam mengembangkan Science Techno Park (STP) yang dirancang menjadi pusat teknologi maju sekaligus pencetak startup.
Pengembangan STP belum matang karena tenaga operasionalnya minim pengalaman dalam mengoperasikan STP.Â
Baca Juga
 Sebagai koordinator pembangunan dan pembinaan STP, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) bakal memberikan beasiswa S2 bagi staf operasional STP.
Dirjen Kelembagaan Iptek Dikti Kemristekdikti, Patdono Suwignjo mengatakan saat ini sudah ada satu universitas di Taiwan yang bekerja sama dengan Indonesia untuk mendidik operator STP.
"Pada 2017, calon pengelola STP dari Pemda dan perguruan tinggi akan dikirim untuk pendidikan S2 sesuai bidang yang difokuskan STP masing-masing ke National Cheng Kung University," kata Patdono saat ditemui tim Tekno Liputam6.com di Surakarta, Senin (8/8/2016).
Adapun bidang yang difokuskan dalam STP di antaranya adalah pangan dan pertanian, kesehatan dan obat-obatan, teknologi informasi dan komunikasi, teknologi transportasi, teknologi pertahanan, teknologi manufaktur, energi baru dan terbarukan, serta kemaritiman.
Jumlah tenaga operasional yang dikirim setiap tahun sebanyak 20-30 orang. Program beasiswa ini rencananya akan dilakukan hingga 2019 mendatang.
Pengembangan Science Techno Park
Saat ini sudah ada 22 STP di Indonesia yang akan dikembangkan agar mampu mengkomersialisasikan hasil penelitian yang sudah memiliki technology readiness level (TRL) 9. Nantinya hasil penelitian dengan TRL 9 akan dihilirisasi agar bisa menjadi produk yang bermanfaat.
Untuk itu, selain pemerintah dan lembaga, dibutuhkan juga peranan dunia usaha baik BUMN maupun perusahaan untuk mewujudkannya.
Sekretaris Jenderal Kemristekdikdi Ainun Na'im mengakui komersialisasi merupakan hal yang penting dalam pengembangan STP.
"Di negara lain ada yang menganggap bahwa Science Techno Park merupakan sebuah entitas bisnis untuk mengembangkan startup baru yang akan menghasilkan keuntungan," tutur Ainun.
Sayangnya, pihak swasta yang berpartisipasi untuk hal ini masih minim di Indonesia. "Pemerintah dan dan perusahaan harus saling berkontribusi. Di satu sisi pemerintah menyediakan dana dan menyiapkan STP, perusahaan yang memproduksi hasil penelitian," kata Ainun.
Lantaran masih minim pihak swasta yang berpartisipasi, STP juga berfungsi mempertemukan peneliti dengan investor untuk merealisasikan hasil penelitian menjadi produk.
"Ini masih inisiatif baru, kalau sudah banyak penelitian yang sukses dan menghasilkan, akan banyak pihak swasta yang berinvestasi," jelas Patdono.
(Tin/Cas)
Advertisement