Sukses

Menengok Alat Komunikasi di Masa Awal Kemerdekaan

Berikut ini adalah alat komunikasi yang biasa digunakan saat awal kemerdekaan Republik Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran beragam perangkat komunikasi yang kian canggih tak dimungkiri makin memudahkan manusia dalam berinteraksi dan berbagi komunikasi. Saat ini, smartphone, tablet, bahkan PC atau laptop menjadi alat komunikasi bagi manusia modern.

Kondisi ini tentu sangat berbeda saat Indonesia di masa awal kemerdekaan, 71 tahun silam. Ketika itu, perkembangan teknologi yang tak secepat saat ini, tentu berimbas dengan kehadiran perangkat-perangkat komunikasi yang digunakan.

Lantas, perangkat komunikasi apa saja yang jamak digunakan ketika awal kemerdekaan Indonesia? Untuk itu, bertepatan dengan perayaan kemerdekaan Indonesia, tim Tekno Liputan6.com menghimpun informasi dari berbagai sumber mengenai alat komunikasi yang dipakai saat awal kemerdekaan. 

1. Telegram

Ilustrasi: telegraf tempo dulu (kredit: freepik)
Generasi saat ini, mungkin lebih mengenal Telegram sebagai nama aplikasi smartphone serupa BlackBerry Messenger. Namun, nama tersebut juga merupakan media komunikasi yang mulai dikembangkan sejak tahun 1809-an.

Prinsipnya, alat ini digunakan untuk mengirim dan menerima pesan dari jarak jauh. Pesan yang dikirimkan lewat mesin telegraf ini biasanya dibuat singkat, mirip dengan SMS yang sering digunakan generasi modern.

Untuk Indonesia sendiri, layanan pengiriman berita menggunakan telegraf dimulai pada 23 Oktober 1856. Ketika itu, pengiriman berita dilakukan dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor).

Sayangnya, seiring perkembangan teknologi, alat ini mulai ditinggalkan penggunaannya. Telkom selaku pihak penyedia layanan telegram di Indonesia sendiri sudah menutup layanan tersebut sejak tahun 2009.

2 dari 2 halaman

Telepon

2. Telepon

Ilustrasi: telepon tempo dulu (kredit: freepik)
Telepon merupakan alat komunikasi yang datang di Indonesia setelah telegram umum dipakai. Jaringan telepon di Indonesia pertama kali diselenggarakan oleh pihak swasta mulai tahun 1882. Jaringan telepon tersebut menghubungkan Gambir dan Tanjung Priok (Batavia) dengan mendapat izin konsensi selama 25 tahun.

Setelah waktu konsesi berakhir, jaringan telepon diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui pembentukan Post, Telegraaf en TelefoonDienst. Sejak saat itu, pelayanan jasa telekomunikasi dikelola oleh pemerintah secara monopoli.

Tahun 1967, pembangunan jaringan telekomunikasi Nusantara meliputi gelombang mikro lintas Sumatera, dan gelombang mikro Indonesia Timur selesai. Jaringan telepon ketika itu juga mengalami perubahan.

Sebelumnya, pesawat telepon menggunakan sistem baterai lokal dan kawat tunggal yang kerap mengalami gangguan. Namun, pembaruan kemudian dilakukan dengan mengganti kawat tunggal menjadi kawat sepasang dan sistem baterai sentral.

3. Radio

Ilustrasi: radio tempo dulu (kredit: freepik)
Alat komunikasi satu ini menjadi salah satu sarana yang juga berperan penting pada awal kemerdekaan Indonesia. Melalui radio juga, beberapa tokoh nasional mengetahui kekalahan Jepang atas sekutu.

Dari situ, persiapan kemerdekaan pun dimulai. Selain sebagai sarana informasi dan komunikasi, radio juga menjadi sarana propaganda untuk masyarakat.

Peran radio sebagai sarana komunikasi di awal kemerdekaan juga terlihat ketika sekutu melakukan agresi militer, yang memaksa para petinggi negeri ditangkap.

Pemerintahan darurat pun segera dibentuk di Sumatra Barat. Saat itu, pemancar radio bernama YBJ-6 mengambil peranan penting. Pemancar radio itu ikut bergerilya bersama pejuang sekaligus menyampaikan pesan bahwa Republik Indonesia masih ada. 

Atas perannya tersebut, pemancar radio tersebut disimpan dan dipamerkan di dalam museum perjuangan di Bukit Tinggi. Sementara, dioramanya berada di museum telekomunikasi Taman Mini Indonesia Indah. 

(Dam/Ysl)



Video Terkini