Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meyakini Indonesia memiliki potensi besar dalam bisnis internet of things (IoT).
Dalam sambutannya di pembukaan Asia IoT Business Platform yang diwakili Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aplikasi dan Informatika Kemkominto Mariam F Barata, Rudiantara memaparkan data dari IDC.
Data tersebut menyebutkan, IoT di Kawasan Asia Pasifik diproyeksi akan bertambah dari 3,1 miliar perangkat menjadi 8,6 miliar perangkat. Diiringi dengan pertumbuhan pasar dari US$ 250 miliar menjadi US$ 583 miliar pada 2015-2020.
"Di Indonesia, dengan jumlah penduduk 235 juta, jumlah pelanggan seluler mencapai 297 juta jiwa. Fakta ini menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar keempat di dunia," kata Miriam mewakili Rudiantara di Jakarta (14/8/2016).
Baca Juga
Fakta di atas, lanjut Miriam, belum termasuk dengan perkembangan industri otomotif di Indonesia yang diperkirakan pada 2030 mencapai 46 juta kendaraan. Sedangkan di sektor layanan umum akan tersedia 83 juta rumah untuk 300 juta penduduk. Serta di ada 4,8 juta UKM akan memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi.
"Dengan kondisi ini, Indonesia diharapkan akan menjadi pemeran utama dalam IoT terbesar di Asia Tenggara. Indonesia menawarkan peluang yang luar biasa dalam skala dan penggunaan solusi IoT. Dengan memanfaatkan teknologi dalam perusahaan besar dan pengambilan kebijakan, Indonesia akan memimpin transformasi di seluruh Asean," ujarnya melanjutkan.
Untuk mengembangkan potensi itu, pemerintah telah melakukan berbagai hal terkait kebijakan yang mendukung berkembangnya bisnis IoT.
Salah satunya dengan pembangunan jaringan internet fiber optik melalui proyek Palapa Ring yang ditargetkan selesai 2019. Selain itu, pemerintah juga gencar mengajak anak bangsa untuk membangun startup teknologi guna mendukung kemandirian bangsa.
Mariam mengatakan, pemerintah juga sedang menggodok aturan tentang eCommerce (roadmap eCommerce) untuk mengembangkan ekonomi digital.
(Tin/Ysl)