Sukses

Kejar Ekosistem dan Jaringan, PINS Bidik IoT Utama di Indonesia

PT PINS Indonesia membidik posisi perusahaan Internet of Things (IoT) utama di dalam negeri.

Liputan6.com, Bandung - PT PINS Indonesia membidik posisi perusahaan Internet of Things (IoT) utama di dalam negeri.

Menurut Prasbari Pesti, CEO PT PINS Indonesia, pihaknya saat ini fokus mengembangkan produk IoT di Indonesia. Dengan platform dan kapabilitas SDM yang ada saat ini, PINS siap menyongsong era IoT.

"Dan ini sejalan visi kita bahwa PINS adalah The IoT Company. Karenanya, kami telah bekerjasama dengan prinsipil global dalam menyiapkan platform IoT yang handal, sehingga ke depannya produk IoT seperti BYOD (Bring Your Own Device, red), smart building, dan smart city dapat di nikmati oleh masyarakat Indonesia secara baik," katanya dalam keterangan tertulis terkait quarterly review, Senin (22/8/2016).

Prasabri menegaskan, tiga portfolio PINS yakni mobility services (perangkat seluler pengguna akhir), CPE service (perangkat seluler korporasi), serta M2M/IoT (mesin ke mesin) akan mengerucut pada satu hal yakni Internet of Things.

Diprediksi pada tahun 2020, solusi IoT akan mengubah cara bekerja dan hidup. Gartner memprediksi pada tahun tersebut, sekitar 20.8 milyar perangkat, lebih dari 25 juta aplikasi, dan 4 milyar orang akan saling terkoneksi dengan transaksi data hingga 50 triliun GB data dan nilai bisnis hingga US$4 triliun.

Menurut dia, visi menjadi The IoT Company sangat mungkin terealisasi. Sebab, pihaknya sebagai anak perusahaan PT Telkom memiliki ekosistem sempurna. Contohnya sinergi antara Telkomsel sebagai penyedia jaringan internet terluas dan terbesar di Indonesia.

Dalam kolaborasi tersebut, Telkomsel menyiapkan akses internet seluler ke seluruh tanah air. Operator ini juga akan menyinergikan produk Internet of Things mereka, salah satunya T-Drive.

T-Drive merupakan sebuah perangkat onboard device yang terpasang di kendaraan bermotor berfungsi sebagai indikator kecepatan, temperatur, dan tangki bahan bakar yang dapat dimonitor secara jarak jauh.

Di sisi lain, kata Prasabri, pasar sudah mulai membutuhkan produk/layanan IoT. Perangkat yang terhubung internet kini tidak hanya komputer, laptop, dan smartphone, tapi juga kendaraan bermotor, kulkas, mesin cuci, microwave, pendingan ruangan (AC), pintu rumah, pagar rumah, dan lain-lain.

"Saat ini memang masih tahap awal. Perkembangannya ke depan masih membutuhkan edukasi. Dengan berbekal jaringan data dan pasar terluas di Indonesia, kami optimistis bisa menjadi The IoT Company," pungkasnya.

Secara performa, hal tersebut menjadi realistis karena pertumbuhan pendapatan perusahaan secara tahunan. Setelah sempat mencapai pendapatan minus tahun 2012, tahun 2013 sudah positif dengan pendapatan Rp1 triliun, 2014 (Rp1,5 triliun), 2015 (Rp2,5 triliun), dan tahun ini ditargetkan Rp2,7 triliun.

(Msu/Ysl)

Video Terkini