Liputan6.com, Jakarta - Kian hari, perkembangan teknologi robotika semakin berkembang dengan pesat. Kabar terbaru, sejumlah ilmuwan robot tengah berfokus mengembangkan "humanoid", unit robot yang tak hanya memiliki bentuk dan kemampuan fisik seperti manusia, namun juga dibekali dengan teknologi artificial intelligence (AI).
Akan tetapi, di balik perkembangan AI yang pesat, tak sedikit penduduk dunia yang merasa takut akan keberadaan robot berkecerdasan buatan. Sebab, robot tersebut seringkali dianggap dapat menjadi pesaing dan mengancam keselamatan manusia, seperti dalam kisah film fiksi ilmiah.
Baca Juga
Terbukti beberapa waktu lalu juara dunia Go (catur klasik dari China) Lee Sedol sempat dikalahkan oleh AI buatan Google yang bernama DeepMind. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa AI ternyata memiliki kecerdasan setara anak umur 4 tahun dan bisa terus berkembang.
Lalu bagaimana pendapat para programer, ahli filsafat, dan pengusaha tentang potensi artificial intelligence ini? Berikut adalah pendapat mereka.
Menurut ahli fisika kuantum Profesor Stephen Hawking, robot yang telah dibekali kecerdasan buatan memiliki potensi positif dan negatif.
Tak hanya itu, Hawking pun berpendapat kalau AI merupakan kreasi manusia yang dapat memiliki kemampuan melampaui manusia selaku penciptanya di berbagai bidang.
Senada dengan Hawking, teknopreuneur kenamaan Elon Musk juga memiliki pendapat yang sama. Pendiri perusahaan inovatif Tesla dan SpaceX ini pun mengaku sangat resah dengan potensi berbahaya yang dimiliki oleh teknologi AI.
Nick Bostrom, seorang director of Oxford’s Future of Humanity Institute juga memiliki pandangan yang serupa. Menurutnya, AI bisa berubah 'jahat' dan membinasakan manusia.
Sementara Bill Gates, selaku pendiri Microsoft ini menyikapi teknologi AI dengan sikap yang lebih hati-hati. Pria yang terkenal philantropis itu menyebut AI memiliki dampak positif jika dikelola dengan baik.
Pendapat lainnya datang dari penulis sekaligus fisikawan ternama Michio Kaku. Ia mengatakan, AI akan menjadi solusi seluruh masalah yang ada di abad ini. Ia menambahkan, manusia harus memiliki metode untuk membatasi gerakan AI 'nakal'.
(Ysl/Isk)