Liputan6.com, Bantul: Bagi sebagian orang, kulit kacang adalah sampah. Namun, tidak demikian halnya dengan Edi Gunarto. Di rumahnya di Desa Sidomulyo, Bantul, Yogyakarta, Edi justru gembira jika ada tetangga yang memberinya limbah kulit kacang.
Berawal dari melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM), ia bersama sejumlah warga Bantul memutar otak mencari alternatif pengganti BBM yang kian tak terjangkau oleh mereka. Tanpa sengaja justru kulit kacang yang terlintas di benak Edi. "Karena pada waktu awal pembuatan, kulit kacang tidak begitu banyak peminatnya," kata Edi, Rabu (20/1).
Setelah bereksperimen berulang kali, akhirnya Edi menemukan cara yang tepat untuk mengolahnya. Awalnya kulit kacang dibakar dengan menggunakan tungku khusus dari drum bekas. Usai dibakar sekitar tiga jam, kulit kacang yang berubah warna jadi hitam pekat digiling sampai halus.
Kulit kacang yang sudah menjadi serbuk kemudian dicampur larutan tepung kanji yang dipanaskan. Kemudian diaduk hingga rata. Cairan ini lantas diangin-anginkan dalam alat pemutar untuk membuatnya sedikit kering. Berikutnya, campuran tadi dipadatkan dengan alat cetak.
Dijual dengan harga relatif murah, Rp 2.500 per kilogram, yaitu untuk sekitar 45 buah briket. Edi berharap briket buatannya dapat berguna bagi sesama warga di desanya. Selain harga yang murah, nilai kalori briket kacang tanah cukup tinggi. Dan yang terpenting briket kacang tanah ramah lingkungan karena saat dibakar tak mengeluarkan asap sedikitpun.(BOG)
Berawal dari melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM), ia bersama sejumlah warga Bantul memutar otak mencari alternatif pengganti BBM yang kian tak terjangkau oleh mereka. Tanpa sengaja justru kulit kacang yang terlintas di benak Edi. "Karena pada waktu awal pembuatan, kulit kacang tidak begitu banyak peminatnya," kata Edi, Rabu (20/1).
Setelah bereksperimen berulang kali, akhirnya Edi menemukan cara yang tepat untuk mengolahnya. Awalnya kulit kacang dibakar dengan menggunakan tungku khusus dari drum bekas. Usai dibakar sekitar tiga jam, kulit kacang yang berubah warna jadi hitam pekat digiling sampai halus.
Kulit kacang yang sudah menjadi serbuk kemudian dicampur larutan tepung kanji yang dipanaskan. Kemudian diaduk hingga rata. Cairan ini lantas diangin-anginkan dalam alat pemutar untuk membuatnya sedikit kering. Berikutnya, campuran tadi dipadatkan dengan alat cetak.
Dijual dengan harga relatif murah, Rp 2.500 per kilogram, yaitu untuk sekitar 45 buah briket. Edi berharap briket buatannya dapat berguna bagi sesama warga di desanya. Selain harga yang murah, nilai kalori briket kacang tanah cukup tinggi. Dan yang terpenting briket kacang tanah ramah lingkungan karena saat dibakar tak mengeluarkan asap sedikitpun.(BOG)