Liputan6.com, California - Gim konsol current gen seperti PlayStation 4 (PS4) dan Xbox One sejatinya memang dibanderol dengan harga mahal.
Namun, tunggu dulu. Ternyata harga gim-gim kedua konsol canggih tersebut masih kalah jauh mahalnya dengan gim-gim lawas keluaran Nintendo, Sega hingga Atari di era 1980 hingga 1990-an.
Tim Tekno Liputan6.com sempat mewartakan beberapa judul gim lawas yang dijual dengan harga selangit.
Baca Juga
Alasan mengapa gim tersebut dilego dengan harga tinggi karena kelangkaan kartrid (cartridge) gim itu sendiri, atau bisa juga dirancang untuk edisi kolektor.
Di antara banyaknya gim langka tersebut, ada beberapa judul gim yang dipatok dengan harga yang cukup bikin kamu geleng-geleng kepala.
Di antaranya ada Tetris (Sega Genesis/Mega Drive) yang dijual seharga Rp 37 juta, Kings of Fighters 2000 (NeoGeo) dengan harga Rp 75 juta, menyusul Wrecking Crew (Nintendo/NES) di angka Rp 52 juta, Stadium Events (NES) Rp 158 juta, dan Super Mario Bros (NES) yang dipatok Rp 330 juta.
Memang, semua judul gim lawas tersebut dijual super mahal. Akan tetapi, ternyata ada satu judul gim yang harganya masih lebih tinggi dari semua judul gim yang sudah disebutkan di atas. Ya, ia adalah Gamma Attack, dirilis 1983 untuk konsol Atari 2600.
Laman Gazette Review, Sabtu (17/9/2016), menyebut Gamma Attack sebagai gim paling mahal di dunia. Bagaimana tidak, gim besutan Gammation Product tersebut dilego dengan harga Rp 6,5 miliar!
Usut punya usut, alasan gim tersebut memiliki harga yang luar biasa mahal adalah karena faktor kelangkaan. Gamma Attack hanya diproduksi sebanyak satu kopi saja di dunia.
Dan kini, gim tersebut ada di tangan kolektor gim kenamaan, Anthony DeNardo.
Gameplay dari Gamma Attack sendiri sebetulnya terbilang sangat sederhana. Mengusung genre platform shooter, kamu hanya memainkan sebuah UFO dan menembakkan laser ke tank di sepanjang perjalanan.
Awalnya, banyak yang tidak percaya bahwa kopi gim ini benar-benar ada. Sampai pada akhirnya, ada yang menjual satu kopi Gamma Attack di eBay dengan harga Rp 6,5 miliar pada 2008 lalu.
(Jek/Cas)