Sukses

4 Juta Orang Jualan Barang Lewat Jejaring Sosial Ini

Facebook kini memiliki 4 juta pengiklan, naik dari bulan Maret lalu yang jumlahnya 3 juta pengiklan.

Liputan6.com, Jakarta - Chief Operating Officer Facebook Sheryl Shandberg mengatakan, jejaring sosial Facebook kini memiliki 4 juta pengiklan yang menawarkan produknya di Facebook. Jumlah ini naik dari bulan Maret lalu, yakni 3 juta pengiklan.

"Saya rasa ini karena para pengiklan tahu konsumen sekarang lebih banyak menghabiskan waktu menggunakan smartphone. Karena itu, mereka menyasar ke sana," ujar Shandberg sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari CNBC, Rabu (28/9/2016).

Menurut Shandberg, kini penggunaan video sungguh masif di internet. Hal tersebut dirasa sangat penting dalam dominasi Facebook di perangkat mobile, meski kini perusahaan belum memonetisasi produk Facebook Live. 

Ucapan Shandberg itu menyeruak setelah sebelumnya Wall Street Journal dalam laporannya menyebut, Facebook melebih-lebihkan metrik video iklan di lamannya selama dua tahun terakhir.

Saat itu disebutkan bahwa jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg diduga menggunakan metrik alias perhitungan palsu untuk menilai jumlah viewers di video iklannya. Perhitungan itu mencatat, sebuah video dianggap ditonton 1 kali jika sudah diputar lebih dari 3 detik.

Atas hal tersebut, Shandberg tak bisa menjanjikan Facebook tidak akan membuat kesalahan serupa. Ia memaparkan, Facebook akan terus memperbaiki kesalahan dan memberi penjelasan kepada klien pengiklan.

"Kami memperbaiki kesalahan kami. Kepercayaan pengguna sangat penting. Oleh sebab itu, kami yakin dengan pengukuran yang dilakukan pihak ketiga, sebab ini bukan hanya pekerjaan rumah bagi kami saja," tutur Shandberg.

Dalam sebuah laporan terpisah, pengiklan besar Procter & Gamble (P&G) berujar, pihaknya bakal menarik beberapa iklan tertarget yang dipasang di Facebook. Hal itu diduga terkait dengan efektivitasnya dalam menjangkau konsumen.

Shandberg berkomentar, bagi perusahaan sekelas P&G, hal itu menarik sebab mereka dianggap telah melihat adanya pergeseran iklan dari media cetak ke radio, dan kemudian ke televisi. "Setiap ada pergeseran pada sebuah platform, kami membuat metrik baru," kata Shandberg.

Ia menambahkan, "Saat berpikir mengenai apa yang dicari dan diukur pengiklan, kami selalu melihat siapa saja yang akan disasar iklan tersebut. Kemudian, kami mencari cara untuk membuat konsumen menonton iklan dan membeli produk yang diiklankan."

(Tin/Why)

Video Terkini