Liputan6.com, Jakarta - Outlast 2 memang belum resmi dirilis. Namun Red Barrels, sang developer, membawa kejutan yang cukup menggembirakan pada pekan ini.
Ya, mereka akhirnya merilis demo gim ber-genre mockumentary survival horror tersebut untuk PS4, Xbox One dan PC. Tekno Liputan6.com pun sempat menjajal demo gameplay dengan durasi hampir 26 menit ini.
Demo itu menampilkan secuil cuplikan (atau mungkin awal permainan) dari Outlast 2.
Baca Juga
Sebelum memasuki permainan, kami disuguhkan tulisan seputar sepenggal kisah dari demo Outlast 2.
Di dalam gim ini, kami mengontrol seorang pria bernama Blake Langerman, berprofesi jurnalis yang bekerja sama dengan istrinya, Lynn Langerman. Blake, tanpa panduan sang istri, terjebak di sebuah desa yang berlokasi di Arizona, Amerika Serikat.
Tidak ada latar belakang cerita yang solid pada demo ini, tidak ada alasan mengapa Blake terbangun di tempat yang ia bahkan tak kenal.
Satu misi yang harus ia lakukan adalah mencari jejak sekte yang diduga melakukan pembunuhan sadis terhadap seorang wanita hamil yang bernama Jane Doe di pedesaan itu.
Suasana Permainan yang Intens
Suasana cukup terasa intens di awal demo. Semuanya gelap, pengap, sunyi. Blake hanya memiliki camcorder sebagai 'senjatanya'.
Ia harus siaga menyalakan camcorder kala ia menjelajahi ruangan yang super gelap. Dengan bantuan night vision, Blake setidaknya bisa melihat sekelilingnya.
Kengerian yang kami dapat justru adalah sensasi saat menjelajahi tempat-tempat gelap dengan bantuan nightvision dari camcorder.
Sekilas, kami melihat ada beberapa warga desa yang berjalan, seolah mengintip gerak-gerik Blake, dan merencanakan ingin membunuhnya.
Belum lagi, efek suara yang kami nilai cukup disturbing, menjadi elemen pemacu jantung permainan yang membuat atmosfir kian nyata, seolah kami ada di dalam permainan bersama Blake mencari apa yang sebenarnya terjadi di desa tersebut.
View yang kami dapat sama persis dengan yang ada di Outlast 1. Mengusung konsep yang sama--mockumentary--kami dipaksa untuk terus menggunakan camcorder, menyalakan modus nightvision dan terus berjalan mencari clue berikutnya.
Kadang, kami kewalahan ketika camcorder sedang berada dalam kondisi low battery. Sulit mencari baterai camcorder di tempat-tempat yang ada di demo ini. Mau tak mau, kami harus irit menggunakan camcorder. Bahkan, kami rela berjalan tanpa bantuannya di beberapa spot gelap sekali pun.
Advertisement
Horor atau Thriller?
10 menit terakhir, kami bergidik ngeri. Suasana permainan tidak bisa ditebak. Dari yang tadinya intens, sempat mereda, kembali jadi memanas lagi.
Adegan kejar-kejaran dengan warga desa yang 'gila' di perkebunan cukup menyita perhatian kami, untuk terus fokus mencari jalan keluar agar tidak terbunuh.
Secara kesimpulan, demo dari Outlast 2 bisa dibilang merupakan campuran dari beberapa gim horor fenomenal seperti Silent Hill dan Layers of Fear.
Namun kami tidak bisa bilang Outlast 2 pure horror. Gim ini justru lebih condong ke atmospheric psychological thriller dengan latar belakang cult yang kuat. Beberapa 'arsitektur' dari lapisan permainan ini disuguhkan rentetan adegan surealis yang mengagetkan.
Lantas, apakah elemen 'sureal' ini akan bertahan di versi full Outlast 2 yang bakal dirilis pada 2017 nanti? Kita lihat saja.
(Jek/Ysl)