Liputan6.com, Jakarta - PT XL Axiata Tbk (XL) memperluas jaringan 3G di frekuensi 900Mhz atau dikenal dengan istilah U900. Langkah ini diambil lantaran pengguna layanan XL di beberapa wilayah di luar Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan lain-lain memang mayoritas masih menggunakan layanan 2G atau 3G ketimbang 4G.
Dengan strategi ini, XL diyakini akan lebih bersaing dengan memperluas jangkauan layanannya di luar Pulau Jawa seiring mulai komersialnya teknologi 3G memanfaatkan frekuensi 900 MHz.
“Kehadiran U900 melengkapi teknologi 2G dan 4G, serta 3G yang dimiliki XL. Ini membuat XL makin yakin dan percaya diri menghadapi persaingan ke depan,” kata Chief Service Management Officer XL Yessie D. Yosetya, di Jakarta, Jumat (7/10/2016).
Melalui keterangan resminya, Yessie menjelaskan bahwa XL telah memiliki lebih dari 27 ribu BTS yang mendukung frekuensi 2,1 GHz dan sedang membangun lebih dari 11 ribu BTS 3G yang berjalan di frekuensi 900 MHz hingga akhir tahun ini.
"U900 merupakan komitmen kami untuk memperluas jaringan di luar Jawa, yang membuat XL bisa menjangkau pelanggan lebih luas, sehingga secara biaya akan lebih efisien untuk bersaing. Penambahan layanan broadband di frekuensi 900 MHz hampir 6 kali dari luas cakupan jaringan 3G sebelumnya dengan kualitas sinyal 2 kali lebih kuat saat berada di dalam ruangan” paparnya.
Baca Juga
Pemanfaatan frekuensi 900 MHz untuk 3G, lanjut Yessie, termasuk promosi tarif ditujukan sebagai perkenalan kepada masyarakat di luar Jawa yang sebelumnya belum terjangkau jaringan 3G sehingga akan semakin nyaman dan mudah untuk menikmati layanan data yang disediakan XL.
Lebih kanjut, Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada melihat aksi anak usaha Axiata itu jeli untuk semakin membuka pasar di luar Jawa dan menawarkan teknologi baru sehingga bisa membuat operator itu menjadi pilihan buat masyarakat.
“Di telekomunikasi itu isunya kan konektivitas dan stabilnya jaringan. Teknologi baru itu bisa berdampak adanya retensi bagus bagi pelanggan di Jawa untuk ke luar Jawa dengan tetap bisa menggunakan nomor XL. Sementara di sisi akuisisi, XL bisa mendapatkan tambahan pelanggan dan pendapatan dari luar Jawa,” ujarnya.
Diakui Reza, pasar telekomunikasi paling 'gurih' di Pulau Jawa, terutama kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang.
“Tetapi sekarang potensi luar Jawa menjanjikan, lihat saja banyak pengembang properti kembangkan proyek di luar Jawa. Artinya, potensi pasar memang ada,” tambahnya.
Reza menuturkan, jika melihat kebutuhan dari masyarakat luar Jawa terhadap layanan telekomunikasi juga lumayan besar, ini tentu menjadi peluang yang harus bisa dimanfaatkan dengan baik.
Ia menyarankan, dalam melakukan penetrasi ke pasar luar Jawa--selain memberikan tarif promosi seperti saat ini--XL sebaiknya juga konsisten menjual keandalan jaringan dan kualitas layanan.
“Dua poin itu yang dicari masyarakat. Kalau bicara pentarifan itu relatif, asal skala ekonomis tercapai sehingga biaya, investasi dan revenue yang didapat ideal,” ucapnya.
Sementara Analis Trimegah Securities Paula Prawinoto melihat bahwa penggunaan U900 akan membawa manfaat untuk meningkatkan kualitas layanan data untuk pelanggan, cakupan jaringan yang lebih luas, customer experience yang lebih baik, dan cost efficiency.
Dari sisi tarif promosi yang diluncurkan XL yang khusus ditargetkan untuk pasar baru di luar Jawa, dipandang tidak akan memicu perang harga, dan masih sejalan dengan strategi emiten melakukan transformasi ke bisnis data.
Ketika bicara soal 4G, saat ini jaringan 4G LTE dari XL ada di 86 kota dan diklaim akan terus bertambah. Selain kota-kota besar, layanan 4G XL juga menjangkau kota-kota menengah dan bahkan kota kecil. Total jumlah BTS 4G XL saat ini 6.600 unit dan siap bertarung dengan kompetitornya di pasar layanan data di Pulau Jawa.
(Isk/Cas)