Liputan6.com, Washington DC - Kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) sempat berjalan tidak mulus karena peretasan oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Selain email pihak pemerintah AS yang sering diretas, Partai Demokrat juga kena 'getah' akibat dari aksi peretasan ini. Kala itu, pemerintah AS belum bisa mencari tahu siapa dalang di balik tindakan merugikan tersebut.
Usut punya usut, AS malah menuding Rusia sebagai pelaku peretasan terhadap situs Partai Demokrat. Mereka mengatakan, para peretas yang sempat merusak sistem pemilihan Presiden AS ini didukung penuh oleh pemerintah Rusia.Â
Baca Juga
"Berdasarkan upaya yang telah mereka lakukan, kami yakin cuma para pejabat senior Rusia yang mampu melakukan aktivitas seperti ini," kata pemerintah AS lewat Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Kantor Direktur Intelijen Nasional sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari laman Business Insider, Minggu (9/10/2016).
Pun begitu, serangan ini dikatakan tidak dilakukan langsung oleh pemerintah Rusia. Peretasan tersebut hanya bisa digeber oleh beberapa pihak 'spesifik' seperti pejabat.
Sebelumnya pada Juli 2016, ribuan email staf Partai Demokrat sempat diretas sehari sebelum konvensi nasional diadakan untuk melantik Hillary Clinton sebagai calon Presiden.
Akibatnya, kejadian itu membuat Ketua Komite Nasional Partai Demokrat (DNC), Debbie Wasserman Schultz, mengundurkan diri lantaran email  diretas 'membocorkan' bahwa ia dan para karyawannya memilih Clinton ketimbang calon lain seperti Bernie Sanders.
Sumber lain menyebutkan, aksi peretasan itu muncul dari konspirasi antara Rusia dan Donald Trump, calon Presiden AS dari Partai Republik.
Diduga, beberapa hacker Rusia mampu 'menyusup' ke DNC dan mencuri email untuk membocorkan isinya demi membantu Trump agar bisa lolos jadi Presiden AS.
(Jek/Cas)