Liputan6.com, Jakarta Keputusan Samsung menghentikan produksi Galaxy Note 7 berimbas pada kerugian finansial. Samsung diprediksi kehilangan pendapatan hampir US$ 17 miliar atau setara Rp 221 triliun (Rp 13.007 per US$ 1), jika phablet tersebut berhenti dijual.
Samsung kembali melakukan recall (menarik) Galaxy Note 7 di pasaran untuk kedua kalinya, menyusul makin banyaknya kasus mengenai perangkat tersebut. Pada awal September Samsung sudah menarik 2,5 juta unit karena banyaknya laporan Galaxy Note 7 meledak.
Baca Juga
Tak sampai di situ, Samsung pada Selasa 11 Oktober 2016 mengimbau para operator untuk berhenti menjual atau menghentikan program penukaran Galaxy Note 7. Para pengguna pun diminta untuk mematikan ponsel mereka selama perusahaan menyelidiki masalah yang ada.
Selagi Samsung menanti hasil penyelidikan badan keamanan Amerika Serikat (AS), sejumlah investor dan analis memerkirakan perusahaan akan berhenti menjual Galaxy Note 7 dan beralih ke produk suksesor. Hal itu dilakukan agar Samsung bisa mengurangi kerugian finansial dan memperbaiki reputasi.
"Kemungkinan paling buruk, AS bisa menyimpulkan bahwa produk itu pada dasarnya cacat dan memblokir penjualan perangkat tersebut," kata analis HI Investment Securities, Sony Myung-sub, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (13/10/2016).
Menurut para analis, jika Samsung berhenti menjual Galaxy Note 7, artinya Samsung kehilangan peluang menjual sekira 19 juta unit produk. Itu berarti Samsung akan kehilangan pendapatan hampir US$ 17 miliar mengingat satu unit dibanderol sekira US$ 882.
(Din/Why)