Liputan6.com, Jakarta - Bigo Live, sebagai salah satu aplikasi live video streaming di Indonesia, kerap kali dipandang sebagai aplikasi negatif oleh sebagian netizen.
Pandangan itu bukannya tanpa alasan, mengingat beberapa konten yang ditampilkan oleh host kerap menampilkan hal berlebihan.
Citra negatif Bigo Live ini ternyata juga sudah didengar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kementerian yang dipimpin oleh Rudiantara itu menyebut tengah melakukan kajian mengenai konten yang ada di aplikasi besutan developer asal Singapura tersebut.
Pandangan negatif mengenai Bigo Live tak ditampik oleh seorang host layanan tersebut, Reya. Menurutnya, host yang kerap menampilkan siaran secara vulgar telah membuat host resmi dicap jelek oleh pengguna baru Bigo Live.
"Yang menampilkan konten negatif itu biasanya orang yang bukan host resmi (awam). Entah apa alasan mereka melakukan itu," ujar Reya saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Jumat (14/10/2016).
Baca Juga
Ia mengatakan, Bigo Live sebenarnya telah memiliki peraturan jelas mengenai siaran, terutama untuk host resmi. Dalam peraturan itu disebutkan tak ada kegiatan merokok, tak ada branding, tindakan vulgar, ataupun sejenisnya.
"Yang jelas no SARA, itu basic rule-nya," tutur Reya menambahkan.
Host resmi biasanya memberi umpan balik ke kantor pusat mengenai konten negatif di beberapa akun. Biasanya akun itu dminta untuk dimatikan dan ditutup secara permanen.
Hanya saja, dengan kondisi pengguna Bigo Live yang banyak, sedangkan jumlah admin sedikit, tindakan itu tak bisa dilakukan secara maksimal. Keadaan itu yang memberikan kesan konten-konten negatif itu tak diurus oleh kantor pusat.
Disinggung mengenai pendapatan yang bisa diperoleh, wanita yang sudah 5 bulan menjadi host di Bigo Live ini menyebut mampu memperoleh uang setara Upah Minimun Regional (UMR) tiap bulannya.Â
Host resmi juga dikontrak dengan selama 3, 6, atau 12 bulan dengan pembagian hasil murni dari gift yang diberikan penonton.Â
(Dam/Why)