Liputan6.com, Jakarta - Diwartakan sebelumnya, Ken Dean Lawadinata telah mengundurkan diri sebagai Chairman PT Darta Media Indonesia, pengelola situs Kaskus.
Menanggapi hal tersebut, pendiri Kaskus Andrew Darwis memastikan bahwa pengunduran diri tersebut tidak mengganggu kinerja perusahaan.
Andrew yang akrab disapa Mimin, mengaku sangat terkesan dengan kinerja Ken selama berada di Kaskus. Menurutnya, Ken berhasil membawa Kaskus ke next level.
"Ken benar-benar 'Mangstab' kalau kata Kaskuser (sebutan pengguna Kaskus). Dia berhasil membawa Kaskus ke next level," ujar pria yang saat ini menjabat sebagai Chief Commercial Officer Kaskus kepada Tekno Liputan6.com, Minggu (16/10/2016).
Andrew berrharap, di bawah naungan GDP Venture, Kaskus semakin sukses dan akan semakin berkembang dengan bersinergi bersama portofolio GDP Venture lainnya.Â
Baca Juga
"Harapan saya, di bawah naungan GDP Venture, Kaskus semakin sukses. Karena kaskus adalah salah satu company yang profitable, saya yakin ke depannya Kaskus akan semakin dahsyat dengan bersinergi bareng bersama portfolio GDP Venture lainnya," ujarnya.
Untuk diketahui, GDP Venture adalah perusahaan modal ventura yang berasosiasi dengan perusahaan rokok Indonesia, Djarum. GDP Venture pertama kali berinvestasi di Kaskus pada 2011.
Lebih lanjut, pria kelahiran Jakarta, 20 Juli 1979 itu mengaku akan tetap menjalin kerja sama dengan Ken, misalnya seperti mengembangkan proyek baru di luar Kaskus.
"Saya tetap menjalin kerja sama dengan Ken. Akan tetapi, buat saya Kaskus tetap nomor 1. Kaskus bagi saya sudah seperti anak sendiri dan saya nggak bakal bisa meninggalkannya," ungkap Andrew.
Selain itu, Andrew juga menaruh harapan kepada Ken setelah tak lagi aktif di Kaskus. "Harapan saya sama Ken adalah semoga Ken tetap ajak saya di next project dia," tutupnya.
Ken saat ini disibukkan menjadi mentor dari dua startup yaitu Smartmama dan Tororo. Namun ia melihat ada peluang menarik di industri berbeda seperti pertambangan dan komiditas lain.
Singkatnya, Ken saat ini tengah melirik peluang investasi di luar sektor IT. Setidaknya, sampai valuasi mengenai sektor tersebut sedikit lebih masuk akal.
(Isk/Cas)