Sukses

Kecerdasan Buatan IBM Kelak Bisa Diagnosis Penyakit Langka

Sekelompok dokter di Jerman akan memanfaatkan kecerdasan buatan milik IBM, Watson, dalam memecahkan permasalahan medis yang kompleks.

Liputan6.com, Jerman - Sekelompok dokter di Jerman akan memanfaatkan platform kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) milik IBM, Watson, dalam memecahkan permasalahan medis yang bersifat kompleks.

Pusat Penyakit Tak Terdiagnosis dan Langka di rumah sakit di salah satu universitas di Kota Marburg, Jerman, ini akan menjadi tempat di mana proyek ini berlangsung. Sejauh ini, Watson telah menelisik sejumlah kasus, tetapi belum diketahui secara pasti berapa banyak kasus yang didiagnosis secara tepat.

Sistem kecerdasan buatan makin sering digunakan dalam perawatan kesehatan. Selain Watson, Google DeepMind pun diketahui bermitra dengan sejumlah rumah sakit di Inggris.

Adapun kemitraan Watson dengan kelompok rumah sakit swasta Rhoen-Klinikum AG akan diujicobakan pada akhir tahun. Sejak dibuka pada 2013, sudah ada lebih dari 6.000 pasien di daftar tunggu University Hospital of Giessen and Marburg.

"Angka itu bisa dibilang mimpi buruk. Kami membutuhkan ide dan teknologi baru," ujar Prof. Dr Jurgen Schafer, yang memimpin tim medis di sana, dikutip dari BBC, Rabu (19/10/2016).

Para pasien yang tiba di rumah sakit seringkali memiliki rekam medis yang sangat panjang dan mungkin telah mengunjungi hingga 40 dokter. Namun, kata Prof. Schafer, semua dokter itu gagal mendiagnosis penyakit mereka.

"Adalah hal yang tidak lumrah bagi pasien kami memiliki ribuan dokumen medis. Ini membuat kami kewalahan. Selain itu, ada pula sejumlah besar data yang harus kami periksa. Pekerjaan kami seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Bahkan kepingan terkecil dari informasi mengenai pasien, dapat mengantarkan kami menuju diagnosis akurat," tutur Prof. Schafer.

Dalam hal ini Watson akan "membaca" file medis pasien bersama sejumlah besar literatur medis untuk menawarkan serangkaian diagnosis. Prof. Schafer yakin bahwa sistem ini akan mampu bekerja.

Kendati demikian, gagasan mengenai perusahaan teknologi memiliki akses terhadap data-data pasien, telah menjadi kontroversi. Beberapa kritik yang terlontar antara lain perusahaan harus mendapatkan persetujuan lebih eksplisit dari pasien sebelum mendapatkan catatan medis pasien.

(Why/Isk)