Liputan6.com, Jakarta - Hadirnya Moto E3 Power menandakan "kebangkitan" Motorola di industri smartphone Indonesia.
Motorola, yang kini bernaung di bawah Lenovo sebagai perusahaan induk, telah membangun pabrik produksi smartphone di Serang, Banten, untuk memenuhi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Lantas, dengan kemunculan produk terbaru Motorola, apakah bakal membuat bisnis smartphone Lenovo terganggu?
Baca Juga
Apalagi Lenovo baru saja merilis seri A6600 Plus dengan harga yang tak jauh berbeda dengan Moto E3 Power. A6600 Plus dilego seharga Rp 1.599.000, sedangkan Moto E3 Power dibanderol lebih tinggi, yaitu Rp 1,9 juta.
Disampaikan oleh Anvid Erdian, 4P Manager MBG Lenovo Indonesia, kedua brand tersebut mau tak mau bakal "beririsan". Menurut dia, baik Lenovo dan Motorola memiliki segmen unik tersendiri.
"Wajar saja, tidak apa-apa Moto E3 Power bersaing dengan A6600 Plus," kata Anvid ketika ditemui Tekno Liputan6.com seusai acara peluncuran Moto E3 Power, Rabu (26/10/2016).
"Secara strategi Lenovo menyasar mainstream ke low end danMoto menyasar middle high. Semua sudah dapat porsinya. Kita berani menantang pemegang sisi flagship karena dari Motorola. Dari segmen premium pun kita ada Moto Z," ia menjelaskan.
"Market size di Indonesia sangat besar sekali. Jadi there is a room buat semuanya. Kita punya strategi untuk terjun ke pasar yang berbeda," ujar Anvid.
Selain itu, ia mengungkap lini produksi Lenovo dan Motorola berbeda, meski pabrik keduanya berlokasi di Serang. "Moto ada gedung sendiri, Lenovo juga gedung sendiri. Jadi semuanya tidak menyatu," tuturnya membeberkan.
Sekadar informasi, Indonesia bukan satu-satunya negara yang kebagian Moto E3 Power. Beberapa negara di Asia seperti India, Vietnam, dan Thailand juga telah lebih dulu mendapatkan Moto E3 Power. Bedanya, Moto E3 Power di sini benar-benar dibuat di Indonesia.
(Jek/Cas)
Advertisement