Liputan6.com, Bandung - Pemkot Bandung melalui Komite Kreatif akan mengevaluasi layanan digitalnya, sehingga manfaatnya akan lebih tajam.
Tita Larasati, Ketua Komite Kreatif Kota Bandung mengatakan, layanan digital existing ditargetkan pada lima aktivitas utama yakni menyediakan ruang untuk masyarakat beraspirasi, memberikan infrastruktur berupa sosialisasi program dan informasi, membentuk literasi digital, pengembangan dan peningkatan SDM untuk siap dengan era digital, serta menggalakkan festival sebagai langkah sosialisasi dengan cakupan lebih luas.
"Tapi setiap tahun selalu ada evaluasi, satu di antaranya kota yang memakai design thinking untuk menguji kebijakan dan regulasi. Di design thinking akan ada akademisi, bisnis, komunitas, dan pemerintah berdiskusi untuk memecahkan problem kota, termasuk soal program berbasis digital," kata Tita.
Baca Juga
Salah satu tema yang dievaluasi adalah terkait kehadiran bus gratis bagi anak sekolah. Dengan aplikasi berbasis media sosial, pelajar bisa mengetahui rute. Namun kelemahannya adalah hasil program tidak terukur. Karena itu, menurut dia, mulai tahun ini akan diterapkan target jumlah pelajar yang akan menggunakan fasilitas tersebut, sehingga program lebih terarah dan terukur.
Design thinking merupakan salah satu bagian dari pengakuan Bandung sebagai Kota Kreatif Dunia di bawah UNESCO sejak 2015.
Pada tahun ini, aktivitas tersebut rencananya akan digelar di Pendopo Kota Bandung pada 9-10 November 2016 ini. Salah satu tema yang akan dibahas adalah banjir dan kemacetan kota yang kronis pada tahun ini. Kegiatan berbentuk workshop dengan spirit aksi pemecahan masalah di kota Bandung berbasis kerja sama masyarakat dengan bantuan teknologi informasi.
"Intinya adalah bersama-sama turun ke lapangan, menginventarisasi masalah lingkungan seperti kemacetan, banjir dan lain-lain, lalu kita diskusikan. Pemecahan masalah hasil diskusi itu kita jadikan rekomendasi ke Pemkot untuk dijadikan bahan pembenahan atau perbaikan" ujar Tita.
Menurut dia, aksi dan evaluasi program digital selalu diperlukan. Sebab, kota cerdas (smart city) bukan soal gawai semata, melainkan bagaimana menyambungkan kebijakan Pemkot dengan warga serta sesama warga guna menuju era digital.
(Msu/Why)