Sukses

Go-Jek Kembali Akuisisi Perusahaan Asal India

Akuisisi ini untuk memperkuat dan meningkatkan performa perusahaan, mulai dari pengembangan produk, desain, termasuk platform.

Liputan6.com, Jakarta - Go-Jek kembali mengakuisisi perusahaan asal India. Perusahaan yang dipimpin oleh Nadiem Makarim itu disebut baru mengakusisi startup bernama LeftShift Technologies dengan nilai yang tak disebutkan.

Dilansir laman Tech Circle, Kamis (10/11/2016), akuisisi ini dilakukan untuk memperkuat dan meningkatkan performa perusahaan, mulai dari pengembangan produk, desain, termasuk platform guna mendukung operasinya di Indonesia. 

Setelah akuisisi ini, tim LeftShift yang berjumlah 42 orang akan segera bergabung dengan tim Go-Jek Engineering India yang berlokasi di Bengaluru. Dengan demikian, cabang Go-Jek India akan bertambah menjadi 100 orang.

Sebagai informasi, LeftShift merupakan perusahaan startup yang didirikan pada 2007. Perusahaan itu bergerak di bidang pengembangan aplikasi untuk iOS, Android, dan situs internet.

"LeftShift bisa dikatakan sebagai salah satu pengembang aplikasi mobile terbaik di India. Karena itu, kami menantikan kerja sama dengan mereka setelah menjadi bagian dari keluarga Go-Jek," kata Sidu Ponnappa, Managing Director Go-Jek Engineering India, dalam pernyataannya. 

Beberapa klien LeftShift di antaranya adalah Ubisoft, PepperTap, CitrusPay, India Infoline, dan juga BookMyShow. Go-Jek sendiri merupakan salah satu perusahaan yang memakai jasa LeftShift sebelum akhirnya memilih untuk membelinya. 

LeftShift menjadi perusahaan keempat asal India yang dicaplok Go-Jek. Sebelumnya, pada awal tahun ini Go-Jek juga sudah mengakuisisi C42 dan CodeIgnition. Terbaru, pada September 2016, perusahaan itu juga membeli Pianta, startup yang bergerak di bidang layanan kesehatan. 

Pertumbuhan Go-Jek sendiri tak dimungkiri cukup signifikan. Pada Agustus 2016, perusahaan ini mendapat pendanaan baru sebesar US$ 550 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.

Tambahan dana itu membuat nilai valuasi Go-Jek meroket menjadi US$ 1,3 miliar atau setara Rp 17 triliun dan membuatnya menjadi salah satu unicorn di Asia Tenggara mengejar Grab, Garena, dan Lazada. 

(Dam/Isk)

Video Terkini