Liputan6.com, California - Beberapa waktu lalu, CEO Facebook Mark Zuckerberg sempat membantah layanannya turut bertanggung jawab atas terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat selanjutnya. Alasannya, algoritma News Feed Facebook hanya menampilkan konten yang dirasa sesuai dengan keinginan pengguna tanpa bisa membedakan hal itu fakta atau bukan.
Menindaklanjuti pernyataannya waktu itu, Zuckerberg menyebut saat ini pihaknya telah meluncurkan inisiatif bersama komunitas untuk menandakan sebuah konten itu hoax atau berita palsu (fitur flag). Inisiatif ini telah cukup berkembang dengan baik dan Facebook akan terus berupaya untuk meningkatkan kemampuannya.
Kendati demikian, ia tak menampik upaya untuk membedakan kebenaran sebuah konten tidaklah mudah. Pemilihan konten yang dianggap sebagai hoax atau berita palsu harus dilakukan secara berhati-hati. Menurutnya, menentukan sebuah kebenaran adalah hal yang rumit.
Advertisement
Baca Juga
Ia beralasan beberapa hoax memang bisa dibuang seluruhnya, tapi tidak dengan konten dari sumber terpercaya. Konten dari sumber mainstream terkadang memberikan gagasan dasar yang benar tapi memiliki detail informasi yang salah atau dihilangkan.
Beberapa informasi terkadang menampilkan opini, akibatnya sejumlah pengguna tak setuju konten tersebut dan menandainya (palsu), padahal informasi itu itu faktual.
Akan tetapi, ia tetap percaya pihaknya bisa mencari cara bagi komunitas di Facebook untuk memberikan saran mengenai konten yang dianggap berharga. Terlebih, 99 persen konten di Facebook adalah asli. Hanya segelintirnya yang merupakan berita palsu atau hoax, dan hoax yang ada juga tak terbatas pada satu sisi saja.
"Saya percaya kami (Facebook) bisa mencari cara bagi komunitas untuk memberitahukan pada kami konten yang paling berharga, tapi saya juga percaya kita harus sangat berhati-hati saat menjadi 'wasit' dari kebenaran diri kita sendiri," ujar Zuckerberg melalui unggahan di akun Facebook resminya seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (15/11/2016).
Pascakemenangan Donald Trump, Facebook memang menjadi sorotan publik. Tak sedikit masyarakat menanggap jejaring sosial itu turut berperan dalam kemenangan sosok kontroversial tersebut. Kemampuan News Feed untuk menampilkan konten yang hanya dianggap cocok dengan pengguna dianggap tak menyajikan informasi berimbang.
Menanggapi hal tersebut, Zuckerberg merasa pandangan semacam itu tak masuk akal, termasuk ide yang menyebut Facebook mempengaruhi pemilihan. Bahkan, suami dari Priscilia Chan itu menyebut pandangan seperti itu sama saja mencederai kepercayaan yang sudah diusung oleh pendukung Trump.
Meskipun Zuckeberg menampik layanannya bertanggung jawab, pada kenyataannya Facebook telah menjadi sumber berita bagi sebagian besar orang dewasa di Amerika Serikat. Studi dari Pew Research tahun lalu menemukan sekitar 63 persen orang dewasa di negara tersebut mengandalkan Facebook menjadi kurator berita.
(Dam/Cas)